Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Kebutuhan akses jalan layang yang menghubungkan Medan-Berastagi merupakan kebutuhan mendesak. Hal itu untuk mempercepat waktu tempuh di kawasan utara provinsi Sumatera Utara (Sumut) ini. Dengan meminimalisir waktu tempuh, geliat ekonomi di kawasan ini akan semakin meningkat. Selain itu juga untuk mengatasi kemacetan yang kerap terjadi di jalan lintas ini.
Demikian dijelaskan praktisi pembangunan wilayah, Budi Derita Sinulingga dalam seminar "Perspektif Geologi Pembangunan Jalan Layang Medan-Berastagi." Seminar digelar Pengurus Daerah Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumut dengan Ikatan Cendikiawan Karo (ICK), di Medan Club, Sabtu pagi (14/9/2019).
"Infrastruktur di kawasan selatan Danau Toba melimpah ruah, sementara di kawasan utara sangat minim. Padahal selain menghubungkan kabupaten Dairi, Karo, Pakpak, Simalungun dan Samosir, juga menghubungkan Aceh," kata Budi.
Dijelaskan Budi, sejak 100 tahun lalu, belum pernah ada perbaikan geometri jalan Medan-Berastagi yang dibangun Belanda ini, sehingga kondisinya sekarang mulai bermasalah.
"Kami pernah riset, kemacetan yang terjadi selama 6 jam membuat kerugian Rp 3-4 milyar per hari/kejadian," kata Budi.
Mantan Kepala Bappeda Sumut ini menambahkan, dampak negatif lain dari minimnya infrastruktur itu adalah dari sisi wisata. Terjadi migrasi turis dari utara ke selatan. Belum lagi aspek sosial, ungkap Budi.
"Pernah kejadian sebuah ambulance terjebak macet selama 10 jam di jalan Medan-Berastagi. Enggak tahu saya apakah pasien itu meninggal atau tidak," kata Budi.
Pembicara lainnya, Johannes Tarigan mewakili Dewan Riset Daerah mengungkapkan, akan lebih baik lagi jika jalan layang itu tidak hanya menghubungkan Medan-Berastagi, namun sampai ke Meulaboh.
"Sekalian saja nanti diusulkan lagi sampai ke Meulaboh, biar lebih NKRI," kata Johannes.