Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Palembang - Aksi mahasiswa terkait kabut asap di Sumatera Selatan yang sempat ricuh akhirnya berakhir damai. Hal ini setelah Gubernur Herman Deru menemui mahasiswa.
Herman Deru menemui mahasiswa sekitar pukul 17.20 WIB setelah pulang dari meninjau kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di beberapa daerah. Bahkan Herman Deru menyebut seluruh instansi sudah kerja maksimal.
"Saya perlu sampaikan data ISPU kita ini rata-rata masih di angka 60 atau sedang. Bahkan pernah memuncak 12 September dan masuk kategori tidak sehat," kata Herman Deru di hadapan ratusan mahasiswa, Selasa (17/9/2019).
Dia menyebut perubahan kondisi ini disebabkan beberapa faktor, salah satunya karena perubahan arah mata angin.
"Faktornya banyak, ini saya instruksikan semua bupati tetap stay di wilayahnya masing-masing. Jaga wilayah," katanya.
Sementara itu, untuk penegakan hukum di lapangan, Herman Deru mengaku saat ini polisi sudah bekerja. Bahkan sudah ada korporasi yang terlibat dalam karhutla dan segera diproses ke meja hijau.
"Penerapan hukum itu ada ranah hukum, tapi lahan kita ini berjumlah 1,4 juta hektare dan banyak lahan gambut. Ada perusahaan korporasi yang kalian sebut, kalau hasil lidik korporasi terbukti salah, saya katakan akan tutup perusahaan itu," katanya tegas.
Tidak hanya itu, mahasiswa juga mengajukan beberapa poin tuntutan ke Herman Deru. Salah satunya berisikan tuntutan mundur dari jabatan gubernur jika tidak bisa mengatasi persoalan karhutla dan kabut asap.
"Ada beberapa poin tuntutan, tapi yang terakhir ini saya tidak mau teken (tanda tangan). Kalau kalian minta saya mundur ya saya tidak mau, siapa yang mau," kata Herman Deru.
Herman Deru menyebut dirinya sangat konyol jika memenuhi semua tuntutan mahasiswa. Termasuk terkait mundur dari jabatan jika tahun berikutnya masih ada karhutla dan kabut asap.
"Kalau kalian menyuruh saya mundur di jabatan ini, ya saya konyol dong. Tetapi kalau yang lain saya setuju, ada enam poin saya setuju, kecuali mundur," kata mantan Bupati OKU Timur dua periode ini.
Mendengar jawaban itu, sempat terjadi perdebatan mahasiswa dan gubernur. Mahasiswa kemudian membandingkan dengan mantan Gubernur Alex Noerdin.
"Tahun 2015, Gubernur Alex Noerdin berani menandatangani dan itu tidak terjadi lagi karhutla dan asap. Tetapi kenapa Bapak ini tidak berani," ucap seorang orator dari mobil komando.
"Sejak saya menjabat, belum ada satu perusahaan pun yang saya setujui untuk mengelola lahan. Jadi tidak bisa dong begitu," jawab Herman Deru.
"Saya tidak mau bohongi kamu, maka kita sama-sama berusaha. Mahasiswa juga harus terlibat, besok kita sama-sama salat istisqa di Griya Agung," kata Herman Deru, yang disambut gemuruh dari mahasiswa.
Setelah tarik-ulur tuntutan, mahasiswa dan gubernur akhirnya sepakat mengubahnya. Poinnya melaksanakan segala tuntutan. Jika tidak, ia harus mundur.
"Melaksanakan semua tuntutan, jika ini tidak dilaksanakan, baru mundur. Kalau ini cocok," kata Herman Deru.
Gubernur kemudian menandatangani tuntutan mahasiswa. Setelah sepakat, mahasiswa akhirnya membubarkan diri dan berjanji akan mengawal tuntutan tersebut. dtc