Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Kota Medan tercinta ini dirundung masalah banjir. Pantang hujan agak lebat, jalanan kota pun tergenang. Pedagang kakilima belum teratasi. Jalanan dipadati oleh angkutan kota, mobil pribadi, transpor oline, motor hingga becak bermotor. Saling “kanibalis” pula. Belum lagi ruang terbuka hijau yang minim.
Nah, apakah karena itu Anda ingin menjadi Wali Kota Medan? He-he, walaupun motif itu bagus-bagus saja, tapi yang menghendaki perubahan kota Medan itu, saya kira semua warga kota Medan. Bukan hanya Anda.
Keinginan saja tak cukup. Memang, tanggung jawab pertama seorang pemimpin adalah mendefinisikan realitas, kata Max de Pree. Misalnya, masalah apa yang merundung warga kota. Kesulitan apa yang melilit banyak penduduk.
Jika boleh mengutip Henry A. Kissinger, tugas pemimpin adalah menemui penduduk yang dicekam kesulitan. Kemudian memberi solusi agar warga keluar dari kesulitan itu. bukan cuma sekadar berbelas kasih.
Masalahnya, membenahi kota Medan perlu banyak dana. Padahal APBD hanya sekitar Rp 6 triliun. Diperlukan terobosan untuk menggali “mata air” pendapatan baru. Atau lobi ke pusat dengan proposal yang jitu.
Di situlah perbedaan antara manager dan seorang pemimpin. Manajer memiliki pandangan jangka pendek; pemimpin memiliki perspektif jangka panjang. Begitulah Warren G. Bennis pernah berpetua.
Jika program Anda membuka peluang banyak orang, termasuk dunia usaha dan UMKM menjadi sukses, Anda adalah seorang pemimpin yang tulen.
Tak heran jika pemimpin sejati kerap sekali tampak bukan seperti seorang pemimpin. Ia merasa tak pernah menolong orang. Tapi sekian tahun kemudian, seorang warga kota datang berterima kasih padanya. “Ide-ide Anda telah membuat saya sukses,” kata si warga.
Pemimpin macam itu pastilah selalu asyik dengan agenda ekonomi. Tipe itulah yang kita harapkan muncul dalam Pilkada serempak yang berlangsung di Sumatera Utara pada 2020.
Kadang-kadang keunikan terjadi. Misalnya, seorang pemimpin yang baik tetapi orang seolah-olah hampir tidak tahu dia ada.
Tapi tatkala banyak warganya yang sukses oleh suasana yang diciptakannya, orang-orang merasa mereka berhasil karena ikhtiarnya sendiri. Bukan karena si pemimpin.
Saya kira, inilah pemimpin yang luar biasa! Pemimpin yang tak suka membusungkan dada.