Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. "Masyaallah..., kok bisa lah kau ikut demo ini..," ungkap seorang polisi wanita terheran-heran saat melihat satu bocah "mungil" berselonjor di antara seratusan anak yang tengah menjalani tes urin di salah satu selasar gedung DPRD Sumatera Utara, Jalan Imam Bonjol, Medan, Jumat (27/9/2019).
Si anak tak menjawab. Dia hanya membalikkan wajahnya ke arah lantai. Berusaha menghindar dari tatapan dan pertanyaan lanjutan sang polwan. Disebelahnya, anak lainnya juga termangu. Bersiap menanti panggilan petugas polisi untuk perintah berikutnya. Agar bisa pulang ke rumah secepatnya.
Antara prihatin, kasihan, gemes, geram dan sebagainya, perasaan semacam itu bercampur baur ketika menyaksikan satu persatu anak sekolah (pelajar) tertangkap aparat kepolisian pada demonstrasi yang berlangsung hingga jelang malam itu.
Tidak sedikit dari anak-anak tersebut yang masih berpakaian sekolah putih abu-abu atau mengenakan seragam Pramuka berwarna coklat. Beberapa lainnya bahkan bercelana pendek.
Mereka diseret dari kerumunan massa yang mencoba memprovokasi, dengan cara melempari batu, agar tercipta kericuhan dengan aparat keamanan.
Tak kalah gemes adalah Direktur Direktorat Reserse Narkoba Polda Sumut, Kombes Hendry Marpaung. Saat menyaksikan seorang anak berperawakan kecil diboyong polisi berpakaian preman melintas didepannya, terlihat air mukanya seperti tak percaya.
"Sudah minum obat cacing kau...?" tanya Hendry kepada anak tersebut.
Dua kali pertanyaan yang sama disampaikannya menunjukkan kegeramannya.
"Awas kau nanti ya...," ungkapnya seakan menakut-nakuti.
Diantara anak-anak yang terciduk untuk diamankan itu kemungkinan tidak sedikit yang masih lugu. Ikut berdemonstrasi bersama ribuan mahasiswa hanya karena ikut-ikutan. Diajak temannya atau terprovokasi oleh tayangan di televisi dimana terdapat pelajar berdemonstrasi di kota lainnya di Indonesia.
Seperti, Ahmad Yanuar Azis (14). Berkata kepada medanbisnisdaily.com, pelajar kelas 10 jurusan IPA di SMAN 18 Jalan Dr. Wahidin ini mengaku diajak temannya datang ke gedung DPRD Sumut. Sepulang sekolah.
"Katanya sama aku, ayolah ke Lapangan Merdeka, nggak dikasitahunya mau ngapain," ujar Ahmad dengan mata berkaca-kaca.
Berbeda dengan Ahmad, Adit (16) yang adalah pelajar kelas II jurusan otomotif SMK Alwashliyah di Jalan STM (Kampung Baru) mengaku mengetahui kalau tujuannya datang ke gedung DPRD Sumut di Jalan Imam Bonjol Medan hendak berdemonstrasi.
Berangkat dari sekolah mereka beramai-ramai berjalan kaki. Masih mengenakan seragam Pramuka. Terdiri atas beberapa sekolah.
"Demonstrasi tentang RUU, kayak yang diberitakan di tipu," ungkapnya ketika ditanya tujuannya ke DPRD Sumut.
Namun demikian ada juga dari mereka yang sepertinya berniat tidak baik datang berdemonstrasi. Terdapat seseorang yang ketahuan membawa senjata tajam berupa golok. Ditemukan dari dalam tasnya saat digeledah.
Dari 113 orang yang menjalani test urin, seperti disebutkan Hendry, sekurangnya ada tiga yang terindikasi menggunakan narkoba. Bisa jadi hingga akhir test dilakukan angka itu bertambah.
Tak satupun dari mereka yang orangtuanya mengetahui kalau mereka ikut berdemonstrasi. Itu sebabnya hampir semuanya terkaget-kaget ketika diminta memanggil keluarga datang ke DPRD Sumut agar bisa dipulangkan.
Karena para bocah tersebut hanya bisa dipulangkan setelah kedatangan masing-masing orangtua menjemput, sebagaimana dinyatakan Kapolresta Medan, Kombes Dadang Hartanto, banyak dari antara bocah itu yang terkejut.
Ruby Uzair salah satunya. Siswa kelas II SMK 5 jurusan komputer di Jajan Timor ini mengaku ngekos. Kedua orangtuanya menetap di Riau. Hidup di Medan tanpa saudara serta adik atau kakak. Akibatnya dia bingung harus menghadirkan siapa agar bisa pulang.
Hingga pukul 21.00 WIB hanya sedikit dari para pelajar yang dipulangkan setelah dijemput keluarganya.
"Nyesel saya, Pak," kata Ahmad.