Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnisdaily.com- Lhokseumawe, Pemko Lhokseumawe menggelar acara Bursa Inovasi Desa (BID) dipusatkan di Waduk Jeulekat, Kecamatan Blang Mangat Lhokseumawe dengan menawarkan berbagai produk unggulan desa, Sabtu (28/9/2019).
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Lhokseumawe Yufrizal memberikan apresiasi kepada Pemko Lhokseumawe yang sudah menggelar acara Bursa Inovasi Desa, soalnya kegiatan ini bisa focus untuk menentukan usaha yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Gampong (BUMG).
“KPw BI Lhokseumawe memberikan apresiasi yang sangat tinggi terhadap kegiatan Bursa Inovasi Desa yang diselenggarakan oleh Pemko Lhokseumawe, hal ini sangat penting untuk mendukung program BUMD agar lebih focus,” ungkapnya.
Kita kaya, urainya, tapi belum mampu mengelola SDA secara maksimal, Jepang misalnya negara yang 80% pegunungan, tidak cocok untuk pertanian, namun negara ini seperti pabrik terapung yang sangat besar, mengimpor bahan mentah dari seluruh dunia dan mengekspor produk manufaktur.
Berapa banyak mobil dan motor yang dijual oleh perusahaan Jepang tiap harinya, termasuk yang setiap harinya dibawa ke Lhokseumawe. Begitu juga Swiss yang tidak menanam coklat tapi memiliki coklat paling enak sedunia. Di wilayahnya yang kecil dia memelihara hewan dan mengolah tanah hanya selama empat bulan dalam setahun, namun memproduksi produk susu terbaik.
Oleh karena itu, kata Yufrizal, BUMG wajib difungsikan secara optimal di setiap desa yang ada di Lhokseumaewe, soalnya bahan baku unggulan yang ada di desa, jika BUMG berfungsi, sangat memungkinkan bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi desa, soalnya uang akan tetap berputar di desa tersebut.
“Saya punya keyakinan desa-desa diLhokseumawe akan segera maju dengan unit usaha BUMG, soalnya sudah banyak kepala desa mengikuti studi banding kedesa-desa yang sudah maju diluar Provinsi Aceh, pastinya ilmu yang didapat bisa diadopsi untuk pengembangan desa di Lhokseumawe,” katanya.
Yufrizal juga menyampaikan bahwa, berdasarkan data dari BI Lhokseumawe, sampai dengan Agustus 2019, uang tunai yang dikeluarkan (outflow) oleh BI Lhokseumawe melalui perbankan yang ada di wilayah kerja Bank Indonesia Lhokseumawe mencapai Rp.3 triliun, sementara uang yang masuk kembali ke BI Lhokseumawe (inflow) hanya Rp.1.5triliun sehingga terjadi net outflow sebesar Rp.1,5 triliun.
Dirinya berargumen uang keluar karena disebabkan untuk membeli produk yang dibutuhkan tidak tersedia sehingga dibeli ke daerah lain, dan ini tentunya peluang bagi BUMG.