Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Tim KLB Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik, dr Restuti Hidayani Saragih SpPD mengingatkan untuk tidak panik atas sejumlah kasus suspect difteri yang sedang terjadi di Kota Medan. Menurutnya, hal ini jangan pula sampai menjadi huru-hara di tengah masyarakat.
"Tapi jangan juga malah bersantai dan menganggap tidak perlu imunisasi. Hal itu tentu salah juga," ungkapnya kepada wartawan di RSUP Haji Adam Malik, Jumat (4/10/2019).
Restuti menjelaskan, apabila seorang pasien mengalami suspect difteri, maka start awal penularannya terhitung sejak H-10 sebelum timbulnya gejala berupa demam dan nyeri saat menelan. Ia mencontohkan, misalnya pasien pada tanggal 20 telah merasakan gejalanya, maka pasien akan terakhir sehat pada tanggal 19, kemudian dikurangi 10 hari menjadi tanggal 9 sebagai start awal penularannya tersebut.
"Sehingga pada H+2, atau tanggal 22 pasien akan ke ruang isolasi infeksi karena suspect difteri, lalu diberi ADS dan antibiotik," jelasnya.
Tak hanya itu, sambungnya, pada H+2 ini juga, maka akan dicari siapa saja yang melakukan kontak erat sejak tanggal 9 hingga 24 dengan pasien suspect difteri melalui suveilens. Langkah ini, terang dia, akan dilakukan oleh Dinas Kesehatan di bantu tim dari RSUP Haji Adam Malik.
"Contoh, dokter dan perawat juga melakukan kontak erat. Apakah kita panik?, kan tidak. Karena kita sudah dan terus mendapatkan penatalaksanaan yakni vaksinasi, terapi pencegahan, dan sebagian diperiksa juga swabnya," terangnya.
Pemeriksaan swab ini, sebut dia dilakukan, untuk melihat apakah yang mengalami kontak erat dengan pasien suspect difteri ada carriernya (pembawa bakteri). Sehingga bila kondisinya sehat dan tidak ada gejala, namun karena hasil swabnya positif maka dapat turut serta menularkannya.
"Itulah sebabnya semua yang mengalami kontak erat harus makan obat dan di vaksin. Karena ini tanggung jawab pemerintah," ujarnya.