Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Kepemimpinan itu ibarat seorang ibu rumah tangga menyuruh ART alias asisten rumah tangga membeli ikan dan sayuran ke pasar pagi. Ingat, ikan dan sayuran, bukan daging dan kentang. Jadi, perintahnya harus jelas, tidak multitafsir. Si Ibu sukses jika ikan dan sayuran yang dibawa ART-nya dari pasar pagi. Bukan yang lain.
Lalu, bagaimana dengan memimpin organisasi perangkat daerah (OPD)? Eh, Gubernur Sumatra Utara, Edy Rahmayadi belum juga melantik para peserta lelang jabatan pejabat eselon II yang sudah diseleksi di 9 OPD Pemprov Sumatra Utara.
Ternyata, mereka belum bisa memenuhi harapan gubernur. "Saya butuh orang yang bisa dalam mengawaki jabatan," kata Edy, Jumat (4/10) lalu. Dia akan melakukan seleksi ulang jabatan eselon II di 9 OPD itu secara bertahap.
Memang, menurut teori, kepemimpinan (leadership) merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan – termasuk bagi kepala OPD -- dalam mencapai tujuannya.
Bennis (1959) mengatakan bahwa ”kepemimpinan adalah suatu proses seorang pemimpin mendorong bawahan agar berperilaku sesuai dengan yang diinginkan.” Ada pengarahan dan pengkoordinasian seperti dikemukakan oleh Fiedler (1967).
Ahli manajemen Peter Drucker mengatakan bahwa pondasi dari kepemimpinan yang efektif adalah berpikir berdasar misi organisasi, mendefinisikannya dan melaksanakannya, secara jelas dan nyata.
Karena itu, seorang kepala OPD harus ahli dalam menyusun strategi untuk mencapai visi dan misi OPD. Dia seorang perencana yang ulung.
Namun dia pun harus seorang eksekutor yang tidak boleh ragu-ragu dalam menjalankan strategi yang telah disusunnya. Dia pun menyusun job deskripsi, siapa yang mengerjakan apa dengan menimbang faktor skill, ketrampilan dan bakat sumber daya manusia (SDM) yang dipimpinnya.
Ibarat kata pepatah, maaf, nan pekak penembak meriam, nan buta pengembus lesung dan nan bisu penggera (pengusir) ayam. Setiap orang akan berguna sepanjang the right man on the right place.
Seorang kepala OPD wajib mempunyai kecakapan pribadi, misalnya punya cakrawala pemikiran yang luas dan kepribadian yang patut diteladani sehingga menimbulkan efek kagum dan kepatuhan para stafnya. Di depan dia menjadi cermin, di belakang dia menjadi motivator.