Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Tensi perang dagang yang masih memanas antara Cina dan Amerika Serikat (AS) ikut mempengaruhi ekspor minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) Indonesia. Apalagi kini AS malah
memperluasnya ke Eropa. Karena itu, sebagai ekaportir terbesar sawit, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) mendorong daya beli dengan memperluas pasar ekspor ke Afrika dan India.
"Jadi mendorong daya beli menjadi salah satu harapan kita untuk bisa menggenjot ekspor CPO. Nah, India memang selama ini sudah menjadi pasar utama CPO, tapi ini didorong dengan volume yang lebih tinggi lagi. Apalagi India juga sudah menurunkan tarif bea masuk CPO dari sebelumnya 42% menjadi sekitar 38%. Apalagi sebagai kompensasi, Indonesia juga akan mengimpor gula dari India," kata Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, usai peresmian Balai Pengawasan Tertib Niaga, di Jalan Sunggal Medan, Rabu (9/10/2019).
Selain India, semua pasar untuk CPO kini dibuka terutama Afrika. Karena pasar Afrika masih terbuka lebar dan itu harus dimanfaatkan Indonesia. Tidak bisa dipungkiri, kontribusi sawit terhadap total ekspor Indonesia memang cukup besar. Karena itu, pasar ini diharapkan bisa 'digali' secara maksimal.
Secara terpisah, Wakil Ketua Umum Bidang Investasi dan Promosi Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Jonner Napitupulu, mengatakan, Kadin Sumut membuka peluang investasi bagi pengusaha-pengusaha kelapa sawit Sumut untuk memasuki pasar di kawasan Afrika. Mengingat kawasan Afrika, khususnya kawasan Afrika Timur memiliki pangsa pasar yang potensial.
"Apalagi Indonesia menjadi negara eksportir minyak kelapa sawit terbesar dengan pangsa pasar sebesar 54,19%, diikuti Malaysia sebesar 29,27%," katanya.
Sementara itu, lanjutnya, untuk negara importir CPO dengan pangsa pasar terbesar yakni India sebesar 19,96%, Cina sebesar 10,31%, dan Pakistan sebesar 6,18%. Kendati begitu, dalam 5 tahun terakhir, ekspor CPO Sumut mengalami tren penurunan.
Menurunnya angka ekspor CPO disebabkan adanya pelemahan permintaan di negara tujuan utama. Hal tersebut disebabkan oleh sejumlah isu seperti tingginya biaya masuk ke India, khususnya untuk industri pengolahan. Selain itu, adanya penghapusan kebijakan biodiesel berbasis pangan di pasar Eropa, sertanya tingginya persediaan produk minyak nabati lain seperti minyak biji bunga matahari.
"Untuk itu, pengusaha kelapa sawit perlu mencari pangsa pasar baru selain di negara tujuan utama seperti India dan Cina. Kelapa Sawit memiliki potensi pasar yang cukup besar di Ethiopia. Ekspansi ke luar negeri diperlukan untuk mengembngkan kemampuan, menggali dan memperluas jaringan bisnis yang saling menguntungkan," katanya.