Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Dua hari berturut-turut bakal calon Wali Kota Medan, Sutrisno Pangaribuan, turun ke pasar-pasar. Menjumpai para pedagang guna menyerap aspirasi mereka, menyaksikan secara langsung penataan pasar tempat berjualan dan menyampaikan gagasan-gagasan perbaikan yang semestinya dilakukan Pemerintah Kota Medan.
Dari Pasar Kampung Lalang (Medan Sunggal), kemudian dia menjumpai para pedagang di Pasar Marelan, Medan Marelan (9/10/2019). Di antara para pedagang sesungguhnya sudah ada yang dikenal Sutrisno. Berkali-kali mereka pernah mengadu kepadanya saat masih menjabat anggota DPRD Sumatra Utara.
Di Pasar Marelan, sebagaimana dikeluhkan pedagang kepadanya, pada saat penataan awal tidak dibenarkan berjualan di tepi jalan raya. Tapi tak dipatuhi. Banyak warga berjualan tidak pada tempatnya.
"Di pinggir jalan masih banyak yang berjualan, maunya dimasukkan semua pedagang ke dalam pasar," ujar ibu Simbolon yang berdagang sayuran.
Oleh Pemko Medan melalui PD Pasar, pedagang kaki lima sudah diarahkan agar menempati lokasi di gedung Pasar Marelan. Namun banyak pedagang "asli" tidak kebagian tempat. Sejumlah 791 pedagang dari berbagai pasar; Pasar Tolak, Pasar Basir dan pedagang kaki lima masuk ke sana.
Dari 800 meja berjualan yang tersedia, justru pedagang lain yang menempati. Ada yang memperjualbelikan.
Para pedagang juga mengeluhkan kutipan harian yang wajib dibayar. Yakni retribusi dan kutipan bagi petugas keamanan jaga malam. Masing-masing Rp 12.000 dari pedagang yang berjualan di tepi jalan dan Rp 20.000 dari pedagang di dalam gedung pasar.
"Ada retribusi, ada kutipan untuk jaga malam, maunya sudah dikutip retribusi, untuk pedagang yang di luar dibangun juga tempatnya dan tertata. Ada 300 tenda pedagang di luar, sedangkan di dalam ada 800 pedagang," ujar pedagang, Ibu Simbolon.
Aktivitas berjualan di Pasar Marelan hanya sampai pukul 12 siang. Sepi pembeli akibat adanya pedagang di pinggir jalan.
"Kalau Bapak nanti menang jadi Wali Kota Medan tolong ditata ulang ya, Pak, dan tetap merakyat," harapnya.
Pedagang lainnya, Ramlan, mengungkapkan hal serupa. Tujuan awal pembangunan Pasar Marelan untuk menata pedagang kaki lima, nyatanya tidak menjadi solusi juga. Walau sudah dibangun, oleh Pemko ada pembiaran warga yang berdagang di pinggir jalan raya.
"Tempat ini menjadi sepi pengunjung karena kondisi bangunannya tidak bagus. Lihat saja sudah bocor dan dindingnya retak-retak," keluh Ramlan yang sehari-hari berjualan ayam.
Dari penuturan para pedagang, Sutrisno menginvetarisir seluruh permasalahan. Agar bisa menawarkan solusi.
"Kita memang sengaja datang langsung menjumpai para pedagang. Sebagai bakal calon wali kota, saya sudah mendengar dan melihat langsung apa yang menjadi keluhan. Walau semasa anggota DPRD Sumut saya selalu mendampingi dan membela dari penggusuran Pemko Medan," ungkapnya.
Terang Sutrisno yang juga Ketua Jokowi Center Sumut, seharusnya dengan adanya bangunan Pasar Marelan seluruh pedagang sudah tertata, tetapi nyatanya masih banyak yang berjualan diluar gedung dan malah di pinggir jalan.
Jika PDI Perjuangan dan masyarakat memberikan kepercayaan padanya menjadi Wali Kota Medan, terangnya, maka prioritas program tahun pertama adalah penataan pedagang, kemacetan dan pengendalian banjir di Kota Medan.
"Itu program kerja saya sesuai dengan tagline "Medan Baru"; Bersih, Aman, Rukun dan Unggul," tega Sutrisno.