Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Fakta lanjutan tentang keluhan warga Kota Medan terhadap pemerintah terus ditemukan bakal calon Wali Kota Medan, Sutrisno Pangaribuan. Pertemuannya dengan sejumlah pedagang di Jalan Bulan, Jumat (11/10/2019), memperlihatkan hal tersebut.
Disebutkan salah seorang bekas pedagang sayur di kawasan Jalan Bulan (Kelurahan Pusat Pasar, Medan Kota), tahun 2015, akibat kebijakan Pemko Medan, banyak di antara mereka yang kehilangan mata pencaharian. Keberingasan petugas Satpol PP melakukan penggusuran praktis menyebabkan para pedagang tak bisa berjualan lagi.
Tak hanya sekali, upaya pengusiran para pedagang dari tempat berjualannya dilakukan Pemko Medan. Dengan menggunakan alat berat, dibantu polisi dan tentara. Yang terakhir adalah Agustus lalu.
"Alasan pokoknya dikatakan untuk menanggulangi kemacetan lalulintas yang sering terjadi. Kios-kios tempat berjualan yang berdiri di badan jalan dibongkar. Diratakan hingga tak bisa digunakan," terangnya kepada Sutrisno.
Anehnya, terangnya, bidang tanah bagian tengah jalan raya bekas pembongkaran kios-kios tersebut (memanjang hingga ke Jalan MT Haryono) dibiarkan menganga. Tidak ditata sebagaimana alasan awal penggusuran.
Kemacetan yang dikatakan akan diatasi dengan jalan melarang berjualan ternyata tidak terwujud. Tetap saja keruwetan lalulintas belum berakhir. Bukan karena pedagang yang sudah berkurang jauh jumlahnya. Melainkan sekolah besar yang berada di kawasan pasar yang tampak depannya menghadap ke Jalan Bintang.
"Satu murid menggunakan satu mobil makanya macet. Bagaimana kalau ada seribu murid, jadi tidak benar kalau para pedagang disebut biang kemacetan Jalan Bulan," ungkap si ibu tersebut.
Katanya, oleh Wali Kota Medan, Dzulmi Eldin, dan seluruh jajarannya hukum hanya diberlakukan bagi warga kecil seperti mereka. Tetapi tumpul bagi sekolah yang sebenarnya jadi biang kemacetan. Para pedagang jadi korban.
Oleh Sutrisno disebutkan, situasi tidak adil itu terjadi di sejumlah pasar tradisional di Kota Medan yang didatanginya. Pemerintah seperti tidak peduli akan keberlanjutan sumber nafkah para pedagang. Pasar tidak ditata, pembayaran kewajiban sejumlah uang tetap dikenakan, walau tidak berdampak baik bagi para pedagang.
"Dengan jargon "BARU: Bersih, Aman, Rukun dan Unggul" saya ingin memperbaiki Kota Medan jika nanti terpilih jadi Wali Kota. Pemimpin itu ada untuk melayani dan menciptakan kesejahteraan rakyatnya," tegas Sutrisno.