Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Labura. Saat ini, petani karet di Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura), Sumatra Utara tidak punya pilihan lain kecuali bertahan di tengah situasi melemahnya harga karet alam. Pasalnya, tanaman karet tidak bisa ditebang begitu saja dan berganti komoditas lain layaknya tanaman hortikultura.
Para petani berharap pemerintah tidak abai dengan harga karet yang rendah. Sebab, pemerintah juga menerima pemasukan negara dari pajak karet.
"Harga getah karet tak sampai Rp 7.000/kg. Era SBY, di Londut aku beli Rp 15.000 hingga 18.000/kg. Kalau karet di kawasan perbukitan bisa mencapai Rp. 22.000/kg," kata petani karet, Dina Nababan (57), warga Desa Londut, Kecamatan Kualuh Hulu, Kabupaten Labura, Sabtu (12/10/2019).
Dijelaskan Dina, pekan lalu tender harga getah karet sangat tidak memuaskan, sehingga petani karet mengeluh.
Hal senada juga dikatakan Untung Hardianto, petani karet asal Kualuh Selatan. Menurutnya, harga karet di daerahnya Rp 6.500/kg.
Lebih murah dari itu, Juliana Munthe, warga Desa Sukarame menyebut harga karet di tempatnya bahkan hanya Rp. 6.300/kg.
Sebelumnya diberitakan bahwa pemerintah telah berupaya mengangkat nilai komoditas ini di dalam negeri. Pada akhir 2018, misalnya, Presiden Joko Widodo berjanji membeli karet petani untuk kebutuhan bahan baku aspal dalam proyek infrastruktur.