Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Langkat. Lembaga Independen Pemerhati Pembangunan Sumatera Utara (LIPPSU), Sabtu (12/10/2019), menggelar dialog tentang sejarah napak tilas kejayaan dan jeruntuhan Kesultanan Langkat, bertempat di gedung Sekolah Tinggi Agama Islam Jam’iyah Mahmudiyah (STAI JM) Tanjung Pura, Langkat. Dialog dihadiri Sekdaprovsu, Sabrina; Kadis Kabudayaan dan Pariwisata Sumut, Ria N Telaumbanua; Kepala Balai Permukiman dan Perumahan Sumut, Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR, Syafriel Tansier; sejarawan Unimed Ichwan Azhari; peneliti sejarah pendidikan Islam Indonesia UIN Sumut, Muaz Tanjung; dosen sosial politik UMSU Shohibul Anshor Siregar, dan pengamat politik Zulfirman.
Direktur LIPPSU, Azhari AM Sinik, mengatakan, dialog merupakan bagian dari upaya membangkitkan idealisme peradaban bangsa Melayu. Masyarakat serta tokoh Melayu diharapkan dapat memanfaatkan momentum dialog sejarah guna membuat Langkat bangkit kembali.
“Dalam momentum ini, kita bangkit, masyarakat dan tokoh-tokoh Melayu. Dialog sejarah ini diharapkan dapat menjadi sarana mentransfer informasi sejarah kepada generasi bangsa. Sehingga dapat memberi pemahaman dan meningkatkan rasa cinta generasi muda pada tanah air, " katanya.
Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Sabrina mewakili Gubernur Sumut Edy Rahmayadi saat membuka dialog sejarah, mengatakan, ianya mengapresiasi dialog sejarah itu.
"Kesultanan Melayu Islam Langkat adalah salah satu dari berbagai ragam pemberi warna dalam sejarah Republik Indonesia, oleh sebab itu perlu menjadi perhatian kita semua, transfer informasi sejarah ini sangat penting bagi generasi masa sekarang,” katanya.
Dikatakan Sabrina lagi, dialog dejarah juga diperlukan untuk membangkitkan idealisme kebangsaan dan persatuan. Serta memunculkan rasa kecintaan terhadap etika, adab, dan budaya Melayu Langkat sebagai warisan berharga.
Sejarah Melayu Langkat menjadi pembelajaran agar kejadian pada masa lalu tidak terulang kembali. Terutama pada peristiwa revolusi sosial yang terjadi pada tahun 1946.
Sejarah Kesultanan Melayu, mulai dari pra republik hingga masa keruntuhannya perlu jadi perhatian, untuk mentransfer informasi sejarah kepada generasi saat ini.
Kepada semua pihak terkait, mulai dari pemerintah Kabupaten/Kota hingga pemangku adat, diingatkan untuk terus saling bersinergi. Khususnya dalam hal revitalisasi dan pelestarian peninggalan sejarah Melayu.
Pelestarian peninggalan sejarah diharapkan dapat tercipta kawasan wisata bernuansa budaya, sejarah, dan religi yang dapat pula menambah pendapatan asli daerah, katanya.
Secara terpisah, Sultan Langkat, Tuanku Sultan Azwar Abdul Jalil Rahmad Shah al-Haj menjelaskan, sejarah harus ditulis di atas fakta bukan berdasarkan imajinasi maupun fiksi. Dialog sejarah tersebut merupakan momentum penting bagi masyarakat Langkat.
"Apalagi Langkat sudah memberikan kontribusi bagi Republik Indonesia. Karena itu, momen ini sangat penting sekali,” katanya.