Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Depresi berat atau tekanan jiwa, memang sebagai alasan dari seseorang untuk melakukan aksi bunuh diri. Namun, hal ini akan semakin terdorong oleh sesuatu hal yang dianggap bisa menjadi bagi contoh pelakunya.
Dokter spesialis kejiwaan Dr dr Elmeida Effendy MKed KJ SpKJ (K) mengatakan, salah satunya adalah tayangan bunuh diri yang cukup banyak terdapat di media sosial. Apalagi ia menyebutkan, tak jarang, seseorang yang melakukan bunuh diri juga menyiarkan aksinya melalui live di facebook, instagram, maupun youtube.
"Bagi orang yang labil emosinya dan mudah terpengaruh, menyaksikan adegan bunuh diri live dari facebook atau youtube dapat menginduksi hal yang sama. Apalagi bagi anak-anak yang belum cukup umur dan belum mengerti dengan apa yang dilihatnya, sehingga bisa meniru adegan yang ditontonnya," ungkapnya kepada wartawan, Minggu (13/10/2019).
Elmeida menjelaskan, secara umum, ada banyak faktor yang membuat orang sampai melakukan aksi bunuh diri. Antara lain kata dia, berupa gangguan jiwa seperti depresi, bipolar, maupun skizofrenia.
Selain itu, lanjut dia, orang yang hidup sendiri, tidak punya keluarga atau teman yang mendukung juga berpotensi melakukan bunuh diri. Begitu juga bagi mereka yang telah menjadi pengguna zat adiktif juga dapat melakukan hal yang sama tersebut.
"Hal ini akan semakin lebih mungkin, jika diinduksi oleh adegan bunuh diri yang disiarkan live di sosmed," jelasnya.
Oleh karenanya, Elmeida mengingatkan, agar jangan berpikir bahwasanya orang-orang terdekat akan selalu aman-aman saja. Padahal ternyata, mereka justru sudah mengalami depresi dan bahkan telah berencana untuk melakukan bunuh diri.
Untuk itu, ia menuturkan, cara sederhana dalam mencegah aksi bunuh diri, adalah dengan bersikap lebih peka terhadap lingkungan sekitar, terutama bila orang disekitar ada yang menunjukkan perubahan perilaku, misalnya emosi yang labil.
Jika hal itu benar terjadi, sambung dia, maka ia menyarankan, orang tersebut sedapat mungkin untuk ditemani, termasuk menawarkan supaya mau berkonsultasi pada orang ahlinya.
"Karena untuk pencegahan, sebenarnya yang paling penting untuk dilakukan adalah deteksi dini dari gangguan kejiwaan yang ada," pungkasnya.