Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Kondisi kesehatan pasien suspect difteri yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik terus membaik. Terakhir, dua dari tiga pasien yang dirawat, kini sudah dibolehkan pulang untuk melakukan perobatan jalan.
Kasubbag Humas RSUP Haji Adam Malik Rosario Dorothy Simanjuntak, menyampaikan, karenanya saat ini hanya tinggal satu pasien lagi saja yang masih dirawat intensif di rumah sakit milik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tersebut. Kedua pasien yang dibolehkan pulang itu, yakni pasien berinisial RR (5) warga Medan dan JA (28) asal Gunung Sitoli, Nias.
"Pasien RR sudah dibolehkan pulang pada tanggal 9 Oktober lalu. Sedangkan pasien JA sudah dibolehkan pulang pada tanggal 11 Oktober," ungkapnya kepada wartawan, Minggu (13/10/2019).
Untuk itu, jelas Rosa, saat ini RSUP Haji Adam Malik tinggal merawat pasien suspect difteri berinisial R (16) asal Kisaran, Asahan saja. Namun begitu, sebutnya, kondisi juga sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.
"Kondisi kesehatannya sudah terus membaik. Tetapi memang masih butuh perawatan hingga ia nanti benar-benar sehat," jelasnya.
Rosa menerangkan, pasien suspect difteri di RSUP Haji Adam, keseluruhannya dirawat dengan penanganan seperti pasien difteri. Sebab, ujar dia, para pasien datang dengan gejala klinis terinfeksi bakteri difteri.
"Tanda-tanda difterinya memang ada, umumnya seperti demam dan sakit saat menelan. Makanya, penanganan dilakukan seperti penderita difteri karena prosedurnya seperti itu," ujarnya.
Rosa mengungkapkan, secara keseluruhan hingga Oktober 2019, ada 14 pasien suspect difteri yang mereka tangani. Mereka adalah LW (21), U (21) dan NA (20), mahasiswi FK USU warga Malaysia. Kemudian, DE (3), RR (5), SN (5), IP (4), RP (5), VN (5), dan NS (31) asal Medan. Selanjutnya, RH (3) dan JA (28) asal Nias, NM (10) asal Sibolangit, serta R (16) asal Kisaran.
"Selama tiga tahun terakhir sejak 2017, pasien suspect difteri yang ditangani sebagian besar anak-anak. Tahun 2017 ada 2 orang, dan 2018 ada 11 orang," pungkasnya.