Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Ketidakpastian Brexit dikhawatirkan bakal berpengaruh terhadap keuangan global di London. Pasalnya, London menjadi salah satu pusat keuangan dunia.
Seakan ingin membantah hal itu, Pengembang Properti, Stuart Lipton bertaruh US$ 1,2 miliar atau setara Rp 16,8 triliun (kurs Rp 14.000) bahwa ibu kota Inggris akan tetap menjadi pusat keuangan dunia meski Brexit terjadi.
Peringatan selama referendum 2016 yang mengatakan bahwa London akan kehilangan tahta keuangannya jika memilih meninggalkan Uni Eropa (UE) sejauh ini juga terbukti salah.
Pengembang properti berusia 76 tahun itu tidak sendiri. Sejumlah investor global, termasuk AXA dari Prancis (AXAF.PA) juga berkontribusi dalam pertaruhan tersebut.
"London luar biasa tangguh dan masa depannya sebagai pusat keuangan aman," kata Lipton dikutip dari Reuters, Rabu (16/10/2019).
Hingga Juni 2019, London telah menarik lebih banyak investasi real estat komersial daripada kota-kota lain. Hal itu telah melampaui New York sebagai tujuan untuk investasi fintech dan telah meningkatkan dominasinya terhadap pasar valuta asing harian dunia senilai US$ 6,6 triliun.
Sejak pemungutan suara untuk meninggalkan Uni Eropa, Inggris telah melewati Amerika Serikat (AS) untuk menjadi pusat keuangan terbesar, meskipun ada permintaan eks Presiden Prancis Francois Hollande untuk mengakhiri dominasi London dalam pasar uang euro.
Sebanyak 10 pejabat senior industri mengatakan bahwa sektor jasa keuangan London telah tumbuh sejak 2016 karena tidak ada pesaing.
Kepala Eksekutif Divisi Inggris dari salah satu bank terbesar Eropa mengatakan, walaupun beberapa bisnis akan pindah ke Uni Eropa, sebagian besar bankir senior tetap enggan meninggalkan London. Dia mempertimbangkan potongan gaji 20% untuk tetap berada di kota.
Sementara Bank of England memperkirakan 4.000 orang akan pindah saat Inggris keluar dari Uni Eropa.(dtf)