Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Menyambung pemberitaan medanbisnisdaily.com berjudul "Kepala Daerah di Tiga Tempat, Rakutta Sembiring Brahmana Antitesa Pejabat Korup" terbit Jumat pagi (18/10/2019), sejarawan dari Universitas Sumatra Utara (USU) Suprayitno, menjelaskan lebih detail sosok Rakutta (Rakoetta).
Saat ini Suprayitno sedang menulis buku biografi Rakutta. Kepada medanbisnisdaily.com, Jumat (18/10/2019) mengirimkan kurang lebih 17 halaman tentang Rakutta yang coba dirangkum medanbisnisdaily.com. Tulisannya yang sudah dipresentasikan di Universitas Gajah Medan (UGM) itu, diberinya judul "Rakoetta Sembiring Brahmana Sebagai Bupati Pejuang"
Dijelaskan Suprayitno dalam tulisannya itu, Rakoetta berarti perekat. Masa mudanya penuh dengan kepahitan. Namun berkat keuletan dan kegigihannya, ia akhirnya berhasil menjadi Bupati Kabupaten Karo dan kemudian menjadi Bupati Asahan (merangkap Wali Kota Tanjung Balai) dan Walikota Pematang Siantar.
Meski begitu, hidupnya begitu sederhana. Dalam catatan Suprayitno, sampai akhirnya hayatnya, Rakutta hanya meninggalkan sebuah rumah berdinding papan. Padahal total ia menjabat sebagai kepala daerah selama 18 tahun (1946-1964). Rumah itu terletak di Jalan Mahoni, Pasar II, Padang Bulan Medan. Rumah itu beratapkan seng, lantai semen, berdinding papan tanpa penerangan listrik. Rumah ini beliau beli ketika masih menjabat Bupati Asahan, tulis Suprayitno.
Kesederhanaan Rakutta lainnya, menurut Suprayitno, Rakutta sering makan "ngebon" di warung makan.
Pola hidup sederhana juga diajarkan kepada anggota keluarganya. Anak-anaknya selalu diberikan kain bahan pakaian untuk dijahitkan kepada tukang jahit. Ukurannya harus besar agar bisa lama dipakai, sehingga bisa berhemat selama beberapa tahun.
"Suatu ketika anak-anaknya membawa kain itu ke tukang jahit minta dibuatkan pakaian dengan ukuran yang tidak lebar. Melihat kelakuan anaknya ini, Rakutta marah. Dengan prinsip hidup seperti ini, Rakutta dikenal sebagai bupati yang sampai masa akhir hidupnya tidak memiliki harta berlebih," kata Suprayitno.
Sejumlah prestasi Rakutta juga ditulis Suprayitno. Misalnya di Kabupaten Karo, ia mendirikan SMP pertama di Kabanjahe, rumah sakit, Taman Pendidikan Pancasila, Taman Makan Pahlawan Kabanjahe dan desa percontohan pertanian.
Khusus Taman Makam Pahlawan (menurut pengakuan seorang cucu Rakutta, Nancy Brahmana, yang dikonfirmasi medanbisnisdaily.com, Kamis (17/10/2019) lahannya disumbang Rakutta untuk menghormati para pejuang kemerdekaan RI.
"Itu cerita yang kudengar dari keluarga dan sejumlah veteran," kata Nancy
Di Asahan ia mendesain agar kabupaten itu menjadi lumbung pangan. Rakutta pun mengirimkan petani-petani dari Karo ke Asahan untuk mengajari mayarakat Asahan bertani yang lebih baik. Begitu juga ketika ia merangkap jabatan Bupati Asahan plus Wali Kota Tanjung Balai. Di Tanjung Balai ia mengembangkan kota ini sehingga lebih terarah dan tertata. Karena dedikasinya itu, selain di Kabupaten Karo, tempat ia lahir, di Tanjung Balai, juga ada Jalan Rakoetta, jelas Suprayitno.