Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Cina merupakan salah satu negara yang sering memberikan pinjaman kepada negara lain, tak terkecuali Indonesia. Pinjaman dari luar negeri yang diberikan pun beragam, bisa bilateral, multilateral sampai fasilitas kredit.
Namun, ada fakta menarik bahwa pinjaman Cina ke negara-negara lain, seringkali tertutupi dalam kerahasiaan. Jumlah utang sering dicurigai lebih tinggi dari jumlah yang tertera secara resmi, atau dengan kata lain banyak 'utang yang tersembunyi'.
Menurut Profesor Universitas Harvard Carmen Reinhart, kurangnya transparansi tersebut akan memengaruhi investor yang ingin obligasi yang diterbitkan oleh negara-negara tersebut. Begitu juta dengan organisasi seperti Dana Moneter Internasional (IMF).
"Peningkatan Cina sebagai kreditor global juga berarti ada banyak utang tersembunyi. Artinya, negara-negara yang pernah meminjam dari Cina tetapi pinjaman ini tidak dilaporkan oleh IMF, oleh Bank Dunia," ujarnya dalam acara Nomura Investment Forum di Singapura, demikian dilansir dari CNBC, Rabu (12/6/2019).
Reinhart mengatakan, sejak 2011 ada banyak pinjaman yang diambil negara-negara lain dari Cina yang perlu dinegosiasikan ulang. Negara-negara tersebut termasuk Sri Lanka, Ukraina, Venezuela, Ekuador, Bangladesh dan Kuba.
Meskipun statistik utang resmi dilacak oleh IMF dan Bank Dunia, tetapi itu hanya menangkap sekitar setengah dari pinjaman Cina untuk negara lain.
Dalam Pertemuan Musim Semi tahunan mereka pada bulan April lalu, IMF maupun Bank Dunia telah menyerukan agar lebih banyak transparansi tentang jumlah dan persyaratan pinjaman.
Menurut analis senior Asia di Verisk Maplecroft, Kaho Yu, situasi utang yang kurang dilaporkan itu bisa menjadi masalah. Meskipun pinjaman Beijing dapat membantu negara-negara berkembang, penumpukan utang yang tidak jelas akhirnya dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Meskipun Cina telah meyakinkan negara-negara berkembang bahwa biaya pinjaman akan ditanggung oleh proyek dalam jangka panjang setelah beroperasi, akan tetapi tidak ada jaminan yang diberikan.
Akibat hal itu, Cina telah dikritik karena membebani banyak negara dengan utang melalui program Belt and Road Initiative. Program itu adalah rencana investasi infrastruktur raksasa untuk membangun jalur kereta api, jalan, laut dan lainnya yang membentang dari Cina ke Asia Tengah, Afrika, dan Eropa.
Untuk diketahui, Cina bukanlah anggota yang disebut Paris Club atau sekelompok negara kreditor yang bertujuan untuk memperbaiki masalah utang negara lain. Sehingga pinjaman ke negara-negara itu diselimuti kerahasiaan.(dtf)