Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Tiga warga Amerika Serikat (AS) Abhijit Banerjee, Esther Duflo, dan Michael Kremer memenangkan nobel di bidang ekonomi. Ketiga warga AS itu, memenangkan penghargaan tertinggi atas penelitian mereka terkait kemiskinan global.
Salah satu dari mereka, yaitu Duflo pernah meneliti soal SD Inpres di Indonesia. Berdasarkan keterangan resmi yang didapat detikcoom, penelitian yang dilakukan Duflo berjudul "Schooling and Labor Market Consequences of School Construction in Indonesia: Evidence from an Unusual Policy Experiment". Penelitian tersebut diterbitkan oleh jurnal American Economic Review tahun 2001.
Namun, penelitian tersebut di atas adalah bagian dari disertasi PhD Prof. Duflo yang berjudul Essays in Empirical Development Economics yang terbit tahun 1999 (tautan di sini), dan bukan latar belakang atau alasan Komite Nobel memberikan penghargaan Nobel Bidang Ekonomi tersebut pada Dr. Duflo.
Hal utama yang melandasi pemberian penghargaan tersebut kepada Dr. Duflo dan juga kepada Dr. Banerjee dan Dr. Kremer adalah melakukan penelitian dengan pendekatan eksperimental yang mereka lakukan untuk mengentaskan kemiskinan global (for their experimental approach to alleviating global poverty).
Pendekatan eksperimental dimaksud adalah melakukan penelitian dengan menggunakan metode evaluasi acak (randomized controlled trial, RCT). Metode ini membagi sampel ke dalam dua kelompok secara acak. Cara paling sederhana untuk mengacak sampel ini adalah dengan menggunakan lemparan koin, 'kepala atau ekor' menjadi kelompok yang 'menerima program' dan yang 'tidak menerima program'. Karena pembagian secara acak ini, kedua kelompok dipandang sama secara statistik.
Prof. Duflo, Prof. Banerjee, dan Prof. Kremer menggunakan RCT untuk menguji berbagai intervensi, dari mulai pemberian insentif untuk imunisasi, pemberian pelajaran tambahan pada anak sekolah dasar (SD), sampai pemberian obat cacing untuk anak.
Semua studi-studi ini dipandang efektif dan dilakukan di berbagai negara, utamanya di India dan Kenya. Karena dipandang efektif, hasil dari penelitian ini kemudian diadopsi menjadi kebijakan pemerintah dan telah berhasil menjangkau ratusan juta orang.(dtf)