Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Enam bulan setelah diangkat menjadi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk Kerajaan Maroko dan Republik Islam Mauritania oleh Presiden Joko Widodo, Harus Azwar, sangat fasih bercerita tentang kedua negara tersebut. Khususnya tentang Maroko.
Kefasihannya itu terungkap saat berkunjung ke Kantor Direksi PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV di Jalan Letjen Suprapto, Medan, Rabu (30/10/2029). Kedatangan Hasrul dan seorang stafnya di Rabat (ibukota Maroko), Hanung Nugraha, dalam rangka mendorong perusahaan BUMN tersebut menembus pasar Maroko (Afrika Utara), khususnya untuk komoditi teh.
Di hadapan Dirut PTPN IV, Siwi Peni, Komisaris (Osmar Tanjung), dan jajaran pejabat lainnya, Hasrul bercerita tentang kehangatan hubungan mantan Presiden Soekarno dengan Raja Husin II di era 1950-an. Diawali pada 1955 saat Maroko hadir pada hajatan Konferensi Asia Afrika pada 1955 di Bandung.
Setahun kemudian (1956), negara berbentuk kerajaan itu memproklamirkan diri sebagai negara merdeka. Dari jajahan Perancis. Empat tahun berselang (1960), Soekarno melakukan kunjungan kenegaraan ke Maroko.
"Bisa kita bayangkan berapa lama Soekarno tiba di Maroko dengan menggunakan pesawat dimasa itu dibandingkan saya yang menumpang jet hanya sekitar 13 jam saat ini," ujar Hasrul yang merupakan kelahiran Aek Nabara, Labuhanbatu Selatan.
Oleh Raja Husin II ketika itu, dia menginginkan agar tamu kehormatannya sebaik mungkin. Oleh karenanya, dia bertanya kepada Soekarno apa yang dia mau guna menyenangkan hatinya. Namun oleh pendiri negara Indonesia itu dia tidak meminta apapun.
"Saya tidak menginginkan apapun, saya hanya ingin merasa seperti di rumah sendiri," terang Soekarno saat itu seperti ditirukan Hasrul.
Mendengar pernyataan Soekarno, Raja Husin II pun membuat keputusan yang tak disangka-sangka. Dia menetapkan empat jalan di Kota Rabat dengan nama berciri Indonesia. Keempatnya; Jalan Indonesia, Jalan Soekarno, Jalan Jakarta dan Jalan Bandung.
Hubungan baik antara Indonesia dengan Maroko, ungkap Hasrul, yang juga mantan Wakil Ketua DPRD Sumut dari Partai Persatuan Pembangunan, terus berlangsung hingga saat ini. Bagi setiap warga negara Indonesia yang hendak berkunjung ke Maroko bebas bisa sepanjang 90 hari.
Itu sebabnya dia mengajak orang-orang Indonesia datang ke negara dengan pertanian yang cukup maju itu. Berbagai rute penerbangan menuju Maroko kini tersedia. Bisa dari Jakarta - London, Jakarta - Paris, Jakarta - Istambul, Medan - London dan sebagainya.
"Dari Medan ke London tiket pulang perginya hanya Rp 9,5 juta, dari situ kemudian ke Rabat, tidak begitu mahal," tutur mantan Ketua DPW PPP Sumut ini.