Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Siapakah pemimpin itu? Saya kira tidak hanya Jokowi dan Ma’ruf Amin. Kalau di daerah ini, bukan hanya Edy Rahmayadi, Achyar Nasution, serta para bupati dan walikota lainnya di provinsi ini.
Syahdan, kepemimpinan merupakan sebuah sistem dan organisasi yang melibatkan para pejabat dan staf di jajaran sebuah pemerintahan provinsi, kabupaten dan kota. Sistem dan kelembagaan itulah yang melayani masyarakat dengan cara praktis, mudah, cepat dan hemat biaya..
Kepemimpinan juga melibatkan DPRD, untuk seluruh tingkat. Jika DPRD dengan fungsi check and balances semata berkutat pada “asal kritik” bisa mengesankan politisasi untuk hal yang tak produktif. Sebaliknya, kritik positif DPRD, haruslah didengar oleh pemerintahan yang demokratis.
Kepemimpinan di dunia usaha tak kalah penting untuk saling koordinasi dengan DPR-DPRD maupun pemerintah untuk menciptakan suasana perekonomian yang kondusif. Tidak malah saling menyalahkan. Keluhan pengusaha mestilah diakomodasi DPR-DPRD dan pemerintahan.
Tentu saja kepemimpinan media massa juga menjadi faktor penting. Jika media massa selalu menyerang pemerintah, bagaimana masyarakat mengerti dan mendukung program pemerintah. Sebaliknya, kritik pers yang positif, tolong juga didengarkan.
Tak terkecuali kepemimpinan civil society, NGO, ormas, mahasiswa, buruh, perempuan, keagamaan, dan berbagai komunitas hendaklah menggunakan hak sosial kontrol demi kepentingan masyarakat. Program pemerintah demi kepentingan masyarakat tidaklah pantang untuk didukung. Posisi boleh beda, tetapi tujuannya sama belaka.
Jika pun kepemimpinan diidentikkan dengan kekuasaan, sesungguhnya kekuasaan tidak lagi terpusat di tangan pemerintahan dan DPR-DPRD saja. “Kekuasaan” sejak era reformasi telah menyebar, termasuk ke tangan pers, dunia usaha dan civil society.
Yang penting antarpemimpin saling bersinergi, isi mengisi, bukan malah membuat gaduh saling menyalahkan. Jika antarpemipin, maaf, bagai “kencing berdiri” alamak rakyat pun akan, maaf beribu maaf, “kencing berlari".