Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Keinginan Gubernur Sumatra Utara, Edy Rahmayadi, meningkatkan status RS Haji Mina menjadi berskala internasional dianggap tidak masuk akal. Pada rapat dengar pendapat Komisi E DPRD Sumut, Senin (4/11/2019), dengan tiga pimpinan RS milik pemerintah, rencana tersebut dicibir. Ketiga pimpinan dimaksud; Direktur Utama RSUP H Adam Malik (Bambang Prabowo), Direktur RS Haji Mina (Chaidir Akbar) dan Plt Direktur RS Jiwa, Prof Dr H Muhammad Ildrem (Dapot Parulian Lubis).
Kata anggota Komisi E, Poaradda Nababan (PDI Perjuangan), seharusnya standard pelayanan RS di Sumut, khususnya RS Haji, yang lebih dulu diperbaiki. Agar orang-orang sakit di Sumut tidak pergi berobat ke luar negeri. Misalnya, ke Penang ( Malaysia).
Ungkap Poaradda yang juga dokter spesialis bedah, dokter Indonesia tidak sebodoh yang diperkirakan orang. Tak ada bedanya kemampuannya dengan dokter-dokter di Penang. Yang jauh berbeda adalah sistem pelayanannya, di sana lebih membuat pasien merasa nyaman.
"Di Penang dalam waktu 15 menit pasti dokter spesialis yang dibutuhkan sudah standby. Di RS Adam Malik ada yang dua hari baru muncul. Sistem pelayanan seperti ini yang harus dibuat lebih dulu, apa gubernur berani," tegasnya.
Dengan alasan itu dia menyatakan keinginan Edy menjadikan RS Haji menjadi level internasional tidak masuk akal. Perbaikan standard pelayanan RS di Sumut sangat mendesak dilakukan. Apakah melalui peraturan daerah, peraturan gubernur atau ketentuan lainnya.
Anggota Komisi B lainnya, Mahyaruddin Salim (Golkar), mengungkapkan hal senada. Sebagai RS milik Pemprov Sumut, RS Haji belum dikenal luas keberadaannya. Bahkan untuk dibagikan rujukan oleh RS yang tersebar di 33 kabupaten/kota di Sumut juga tidak. Pilihan rujukannya kebanyakan ke RS Adam Malik atau RS Murni Teguh.
"Seharusnya gubernur mendorong RS Haji jadi rujukan berobat bagi seluruh warga di Sumut agar lebih dikenal. Bukan berkoar-koar membuat RS internasional," terang Mahyaruddin.
Di berbagai kesempatan bertemu dengan berbagai pihak, Edy selalu menjelaskan keinginannya mengubah RS Haji jadi berskala international. Terlebih saat bertemu dengan para anggota legislatif. Setelah dengan 100 anggota DPRD Sumut pasca dilantik, dia juga menyampaikannya kepada ratusan anggota DPRD dari kabupaten/kota.
RS internasional yang digembar-gemborkan Edy disebut juga sebagai green hospital. Berada di lahan seluas ratusan hektar.