Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Menko Perekonomian Airlangga Hartarto sore ini mengadakan pertemuan dengan Menteri Perdagangan Amerika Serikat (AS) Wilbur Ross di kantornya, Jakarta, Rabu (6/11/2019). Pertemuan yang berlangsung sekitar 1 jam tersebut membahas banyak hal, termasuk mengenai Generalized System of Preferences (GSP) dengan Amerika Serikat (AS).
GSP adalah sebuah sistem tarif preferensial yang membolehkan satu negara secara resmi memberikan pengecualian terhadap aturan umum Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Singkatnya melalui GSP, satu negara bisa memberi keringanan tarif bea masuk kepada eksportir dari negara-negara tertentu, dalam hal ini AS terhadap Indonesia.
"Pertemuan membahas beberapa isu detail terkait dengan investasi, dan kerja sama perdagangan AS di Indonesia," kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto membuka penjelasan.
Meski tak menjelaskan rinci terkait hasil pembahasan GSP, Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross mengatakan diskusi berlangsung dengan baik dan memberikan hasil yang positif. Diharapkan pihak Indonesia dan AS bisa mendapatkan kesepakatan yang saling menguntungkan dalam waktu dekat.
"Pada GSP kami melakukan diskusi yang sangat konstruktif. Kita semua sepakat untuk melakukan negosiasi yang sangat intens untuk menutup beberapa masalah terakhir antara USTR (US Trade Representative) dan perwakilan yang tepat dari pemerintah Indonesia. Kami nyaman dan sangat percaya diri ini bisa diselesaikan," ungkapnya.
Terkait hal tersebut, tim dari Indonesia yang diwakili oleh Kementerian Perdagangan akan segera bertandang ke AS untuk membahas lebih lanjut.
"Indonesia akan segera kirim tim di bawah Kemendag," ujar Airlangga singkat.
Airlangga dan Ross sendiri tak banyak memberikan penjelasan mengenai hasil pertemuan selama satu jam tersebut. Usai berdialog, keduanya langsung bertolak ke Istana Negara untuk bertemu dengan Presiden Jokowi.
Untuk diketahui, adanya fasilitas GSP dapat membuat produk Indonesia bisa lebih berdaya saing saat dipasarkan di AS. Hal tersebut tentu menambah kekuatan ekspor Indonesia ke AS, sehingga bisa memperkuat kondisi neraca dagang Indonesia.
dtc