Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) terus mencatatkan kenaikan yang sangat tajam dan merealisasikan angka tertinggi selama 2019. Harga CPO saat ini berada di level RM 2.562/metrik ton, yang merupakan level tertinggi di tahun 2019. Harga ini terus meroket sejak Agustus 2019 yang diperdagangkan di level RM 2.100/metrik ton. Bahkan di Juli 2019, harganya hanya sekitar RM 1.800/metrik ton.
Harga CPO meroket sejak pernyataan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad menyatakan bahwa India telah "menyerbu dan menduduki" Kashmir. Pernyataan tersebut dilontarkan di majelis umum PBB pada September lalu. Reaksi keras dari India pun datang dengan memboikot produk CPO dari Malaysia. Tapi boikot itu justru berbuah manis terhadap harga CPO yang terus meroket.
"Aksi boikot India memang menjadi pemicu meroketnya harga CPO belakangan ini. Kenaikan harga CPO tersebut tentunya akan dinikmati oleh para petani sawit di tanah air maupun di Sumut. Disisi lainnya, kesepakatan perang dagang yang sepertinya akan terjadi dalam waktu dekat oleh AS dan Cina turut mendorong kenaikan harga CPO," kata pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, Minggu (10/11/2019).
Namun, petani diminta untuk tidak bereuforia terlalu berlebihan dengan kenaikan harga CPO tersebut. Pasalnya, bisa saja aksi boikot sawit itu tidak terjadi dalam waktu lama. Yang artinya jika kedua belah pihak antara India dan Malaysia melakukan perdamaian, bukan tidak mungkin harga CPO akan kembali mengalami penurunan.
Jadi, nantinya Sumut akan kembali lagi kepada sisi permintaan dan penawaran atau isu fundamental saat hubungan kedua negara membaik. Dan lagi-lagi isu ekonomi global terkini berpengaruh buruk bagi harga komoditas unggulan tanah air.
"Jadi kita tetap bersyukur terhadap kenaikan harga CPO ini. Mudah-mudahan harganya tidak kembali turun. Namun kita juga harus bersiap dengan segala kemungkinan yang ada nantinya," kata Gunawan.
Sekretaris Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumut, Timbas Prasad Ginting, mengatakan, Sumut memang bisa mendapatkan untung dari keputusan pengusaha India yang memboikot CPO dari Malaysia.
"Jika India mengalihkan impor CPO ke Indonesia, Sumut akan untung juga. Tapi pembelian baru bisa dialihkan ke negara lain setelah kontrak di Malaysia habis. Kita pun tidak tahu kapan habis kontrak mereka. Karena itu juga beragam. Ada yang bulanan yakni 3 bulan dan 6 bunan. Tapi ada juga yang kontrak setahun," kata Timbas.
Diakui Timbas, kondisi akan menguntungkan Indonesia jika bisa menambah volume ekspor ke India. Seperti diketahui, India menjadi salah satu negara tujuan ekspor CPO Indonesia. Apalagi India juga sudah menurunkan tarif bea masuk CPO dari sebelumnya 42% menjadi sekitar 38%.