Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Kudus - Banyak warga di Kabupaten Kudus yang tahu jika ada nama salah satu jalan utama kota, bernama Jalan HM Subhan ZE. Lokasinya dari perempatan Jember, Purwosari, Kecamatan Kota hingga ke selatan. Namun tidak banyak yang tahu siapakah tokoh yang namanya jadi nama jalan.
Bahkan keluarganya di Kudus amat kecil kemungkinannya bisa ditemukan. Mengingat Subhan ZE bukanlah warga asli Kudus. Subhan diangkat menjadi anak oleh Zaenuri Ehsan, yang akhirnya nama itu mengisi bagian belakang nama Subhan. Akhirnya Subhan pun hidup di Kudus.
Em Nadjib Hassan, seorang yang dulu pernah dekat dengan Subhan ZE semasa hidup, mengatakan Subhan ZE bukanlah warga Kudus asli. Dia mulai hidup di Kudus setelah diangkat anak oleh Zaenuri Ehsan.
"Pak Subhan tidak punya anak istri. Karena memang belum pernah kawin. Jadi kerabat yang ada itu hanya ponakan-ponakan dari Pak Zaenuri (ayah angkatnya). Kalau saudara kandungnya Subhan, di Solo tinggalnya, " kata Nadjib yang juga Ketua Yyasan Masjid, Menara, Makam (YM3SK) saat berbincang di ruang kerjanya , Sabtu (9/11/2019) malam.
"Kebetulan pak Zaenuri Ehsan (ZE) ayah angkatnya, itu akrab dengan ayah saya, Hassan Abubakar Ehsan (AE). Ada hubungan tapi jauh. Kebetulan nama belakang keduanya ada Ehsan," ujarnya.
Ayahnya Nadjib, yakni Hassan AE memang akrab dengan Zaenuri. Tidak heran jika Hassan pernah mendapat kiriman kartu pos dari Zaenuri Ehsan yang tengah berada di Mekah, Arab Saudi, untuk berhaji. Ketika itu, Zaenuri Ehsan berhaji bersama Subhan ZE, dan Dahlan, rekannya yang juga warga Kudus.
"Bahkan saya ingat Pak Zaenuri dari Mekah itu pernah kirim kartu pos ke bapak saya. Dikirim ke bapak saya. Kartu pos sampai di tangan bapak di Kudus, ternyata Pak Zaenuri sudah meninggal. Isi kartu posnya, 'kang, aku wis tekan Mekah. Cerito-cerito, gitu. Karena waktu pengirimannya (kartu pos) lama, sampai di sini. Posisinya Pak Zaenuri di Mekah mengalami kecelakaan dan meninggal dunia. Meninggalnya Pak Subhan bareng dengan pak Zaenuri," kenang Nadjib.
Akibat kecelakaan mereka di Mekah, Dahlan, satu-satunya yang selamat dan kembali ke Kudus. Berdasarkan cerita yang beredar, kata dia, Subhan sebelum berangkat ke Mekah sudah bilang tidak akan kembali ke Indonesia.
"Kalau sebelum brangkat ke Mekah, Pak Subhan saat pergi haji berencana tidak pulang lagi. Jadi dia perginya bawa perhiasan. Ceritanya begitu. Karena untuk bekal suaka di luar Indonesia," beber dia.
Sosok Subhan ZE, sepengetahuannya, memang pribadi yang baik. Saking baiknya, Nadjib yang ketika itu masih kecil, kerap diajak pergi. Seperti ke Kota Semarang dan menginap di rumah Subhan di Jalan Taman Beringin, kemudian diajak pula ke bandara A Yani.
"Orangnya baik sekali. Saya dipanggil, 'eh nang. kamu anake sopo? oh anake kang Hassan (Hassan AE)'," ujarnya mengenang.
"Beliau punya rumah di depan Paragon Mall Semarang di Jalan Taman Beringin, sekarang jalan apa saya tidak tahu. Saya pernah nginap di sana. Tahun 1969 nginap. Dulu ada tetangga. Saya masih ingat diajak Pak Subhan, 'yuk melu yuk', diajak ke airport Semarang. Saya tamat SD. Saya pertama kali tahu airport Semarang, ya diajak Pak Subhan. Saat itu saya usia 12 tahun kira-kira," imbuhnya.
Pak Subhan, begitu Nadjib memanggil, di Kudus memang ikut tinggal bersama Zaenuri Ehsan. Mereka tinggal di sebuah bangunan besar di dekat kantor YM3SK. Yang mana, bangunannya sekarang masih bisa ditemui di Jalan Subhan ZE. Namun sudah berubah menjadi pertokoan perangkat telepon seluler.
Termasuk juga, Subhan tinggal di rumah yang sekarang menjadi milik YM3SK. Bangunan itu berada di dekat kantor YM3SK. Dulunya selain pernah ditempati menjadi rumah Subhan ZE, juga menjadi tempat usahanya yang bernama PT Inter Asia. Perusahaan itu milik Subhan. Dengan usahanya di bidang logistik kebutuhan pokok. Dengan kepala kantornya, Adil, warga Kecamatan Jekulo.
Sepengetahuannya, Subhan memang akrab dengan sejumlah tokoh masyarakat di Kudus. Yang paling diingatnya adalah sosok KH Turaichan. Nama tersebut merupakan tokoh ulama besar di Kudus. Bila Subhan pulang ke Kudus dari Jakarta, dipastikan akan kerap bersilaturahmi ke kediaman KH Turaichan.
"Dulu diskusinya Pak Subhan sama Pak Kiai Turaichan. Dulu isu yang dibangun, hukumnya haram menisbatkan nama orang tua yang bukan nama orang tua kandungnya. Haram itu memang hukumnya kalau cara fiqih. Pak Kiai Turacihan berpendapat, ini jejerno tok, yo rapopo. Subhan ZE. Kan jejerno tok. Tidak ada tujuan menyatakan iki bapakku asli, enggak,"ungkap Nadjib menirukan pembelaan KH Turaichan terhadap kawannya Subhan ZE.
Yang mana diketahui, akibat seringnya Subhan mengritisi pemerintah pada zaman orde baru, membuat banyak pihak memojokkannya. Termasuk mempermasalahkan soal namanya, Subhan ZE.
"Yang enggak boleh, kata Yai Turaichah, ya mengakui bukan bapak kandungnya, mejandi bapak kandungnya, itu gak boleh. Subhan menjejerkan nama ayah angkatnya. Mungkin sebagai bentuk penghormatan. Zaman orde baru, dipreteli semua keburukan Subhan. Digoleki celahe. Kaya gitu-gitulah," ujarnya.
Seingatnya pula, sosok Subhan pernah menjabat sebagai Wakil Ketua MPRS. Dia berkali-kali mengritisi pemerintahan Presiden Soeharto ketika itu. Dia kerap melawan pemerintah. Sangat kritis dan sangat berani di masa orde baru. "Orang Kudus yang asli Kudus, jadi wakil ketua MPRS. Yang berangkat dari pemikiran. Bukan jalur partai," ujarnya.
Dia memang bergaya hidup mewah. Mengingat dia adalah pengusaha. Namun ada orang yang mempermasalahkannya.
Yakni kalau NU itu biasanya nyantri. Berbeda dengan Subhan, yang pendidikannya tidak jelas. Hal itu menjadi bahan untuk menjatuhkannya. Terutama mereka dari kalangan birokrat yang kerap dikritisi.
Nadjib amat setuju bahkan mendorong agar Subhan bisa menjadi pahlawan. Mengingat pemikirannya terhadap bangsa yang tidak terhitung.
"Dia berjuang membela rakyat sampai harus melawan pemerintah. Saya berharap dia diberi gelar pahlawan. Saya akan ngobrol bareng pemerintah kabupaten untuk berinisiatif mengusulkan Subhan menjadi pahlawan," harap Nadjib.
Secara terpisah Sekda Kudus Sam'ani Intakoris menjelaskan pihaknya akan mengumpulkan nama tokoh setempat yang jasanya besar untuk bangsa, kemudian diusulkan menjadi pahlawan.
"Nanti kita kumpulkan nama tokoh, sesepuh yang layak, termasuk Subhan ZE, agar mendapat gelar pahlawan. Termasuk ada nama seperti Nitisemito, dan tokoh Kudus lainnya. Saya mendukung mereka-mereka atas jasanya yang besar. Terlebih nama mereka juga menjadi nama jalan di kota ini," kata Sam'ani dihubungi via telepon, Minggu (10/11/2019).dtc