Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Asahan 3 berkapasitas 2x87 MW di Desa Tangga, Kecamatan Aek Songsongan, Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatra Utara, sudah dimulai sejak beberapa bulan yang lalu. Ditargetkan rampung pada tahun 2023.
Pembangkit yang sekitar 70% dari total 177,5 ha lahannya berada di wilayah Asahan dan sisanya sekitar 30% di wilayah Toba Samosir itu, adalah bukan milik swasta, tetapi PLN. Sumber pendanaannya berasal dari JICA Jepang, yakni sekitar Rp 3,2 triliun dengan bunga yang hanya 0,75% per tahun.
Proyek pembangkit itu digarap oleh Shimizu-Adhi Karya Joint Operation untuk LOT 1 dan Andritz Hydra Consertion untuk LOT 2. Konsultannya Nippon Koei. Kontraktor itu belum termasuk untuk proyek LOT 3 - 5.
Kemudian pembangkit itu didesain ulang Nippon Koei pada 2004 dengan skema run of river, setelah sebelumnya didesain awal pada 1982 dan 1987. Saat ini, tahap awal pembangunannya terus berlangsung, seperti di beberapa Area Work Adit.
Di Area Work Adit 1 misalnya, sedang berlangsung pekerjaan terowongan yang direncanakan panjangnya 7,8 km. Di bagian lain, berlangsung pekerjaan gedung, bangunan dan akses jalan serta fasilitas pendukung lainnya.
Di rencanakan PLTA Asahan 3 itu dapat beroperasi untuk masa 50 tahun, dimana dalam 10 tahun direncanakan juga sudah mengalami Break Even Point (BEP) dalam masa 10 tahun. Lalu apa sesungguhnya manfaat dari PLTA Asahan 3 itu untuk Sumatra Utara maupun Asahan dan Tobasa?
Manajer Bagian Teknik UPP Kitsum 6 PLN UIP Kitsum, Pungky Andi Prandana, Sabtu (9/11/2019), mengatakan manfaat PLTA Asahan 3 itu diantaranya akan meningkatkan bauran energi pembangkit Energi Baru Terbarukan sebesar 3,3%. Dengan begitu, dapat mengurangi pembangkit tenaga berbahan fosil.
Kemudian PLTA Asahan 3 nantinya dapat meningkatkan reserve margin sistem kelistrikan Sumatra Bagian Utara (Sumbagut) sebesar 9% dan menurunkan Biaya Pokok Produksi (BPP) sistem Sumbagut sebesar Rp 72/kwh, yakni dari BPP Sumbagut saat ini Rp 1.593/kwh menjadi Rp 1.521/kwh.
Sehingga, kata Pungky, terdapat potensi penghematan rekening listrik sebesar Rp 1,9 triliun per tahun. Dengan beroperasinya PLTA Asahan 3 nantinya, maka berpotensi menambah jumlah pelanggan 241.000 rumah tangga (asumsi 900 VA).
Selain untuk pertambahan pelanggan rumah tangga, kata Pungky, PLTA Asahan 3 juga akan menggerakkan roda perekonomian, antara lain dengan menopang pertumbuhan investasi dan pariwisata Sumut, khususnya di daerah Asahan dan Tobasa.
Tidak hanya itu, PLTA Asahan 3 juga akan mendorong bertumbuhnya sektor ekonomi riil, termasuk penyerapan tenaga kerja lokal, pemberdayaan masyarakat dan daya saing daerah lingkar pembangkit melalui pemanfaatan dana CSR. "Hingga saat ini sudah Rp 693 juta dana CSR dialokasikan ke daerah sekitar," ungkap Pungky.
Manfaat yang tidak kalah penting, ujar Pungky lebih lanjut, adalah pendapatan daerah dari pajak penggunaan air PLTA Asahan 3 yang nilainya bisa mencapai Rp 110,775 miliar per tahun. "Pendapatan ini tentu akan mendukung terlakasananha program pembangunan pemerintah," ujarnya.
Disebutkannya lagi manfaat lainnya kehadiran PLTA Asahan 3, adalah karena mengedepankan pengelolaan yang ramah lingkungan. "Berbeda dengan pembangkit yang digerakkan energi fosil, energi baru terbarukan PLTA, juga akan menurunkan emisi gas rumah kaca. Ini tentu sangat positif untuk menekan pemanasan global dan perubahan iklim," ujarnya.
Lalu Pungky menepis kemungkinan terjadinya kekeringan air bagi persawahan masyarakat setempat karena pemanfaatan air sungai Asahan untuk menggerakkan turbin pembangkit itu. Pungky mengatakan suplai air tetap ada bagi kebutuhan pertanian.
"Ada batas debit air yang kami nanti gunakan untuk PLTA ini, jadi tidak semua. Kemudian kan kami hanya membelokkan aliran air sungai, kemudian setelah air digunakan untuk menggerakkan turbin, langsung mengalir lagi ke aliran sungai. Dan kemudian juga kami menyiapkan saluran-saluran air seperti irigasi untuk tetap menyuplai air bagi pertanian sawah," pungkas Pungky.