Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Semakin tingginya impor Sumatra Utara (Sumut) dari Singapura membuat defisit neraca perdagangan dengan negara tersebut kian melebar. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, defisit neraca perdagangan Sumut dengan Singapura per Agustus 2019 mencapai US$ 256,346 juta. Besarnya defisit ini karena ekspor Sumut hanya US$ 28,745 juta, sementara impornya mencapai US$ 285,091 juta.
Jika merujuk pada data BPS, defisit neraca perdagangan Sumut dengan Singapura per September 2019 senilai US$ 256,346 juta memang melebar dibandingkan per Juli 2019 yang mencapai US$ 204,463 juta. Juga naik dibandingkan Juni 2019 senilai US$ 171,886 juta dan pada Mei 2019 yang mencapai US$ 158,778 juta.
"Tidak bisa dipungkiri, Sumut memang masih ketergantungan terhadap bahan baku dan barang modal impor. Makanya Sumut menjadi pasar potensial bagi Singapura, padahal sebaliknya tidak dijadikan sebagai pasar tujuan oleh Sumut. Itu terlihat dari defisit neraca perdagangan yang terus melebar setiap periodenya," kata pengamat ekonomi, Vincent Wijaya, Senin (11/11/2019).
Sumut memang masih mengimpor sejumlah produk dengan nilai yang besar dari Singapura hingga kini. Namun di satu sisi, tidak banyak produk-produk Sumut yang di ekspor ke Singapura untuk bisa mengurangi defisit neraca perdagangan.
Tentunya, hal ini harus mulai diperhatikan pemerintah. Meski pengusaha akan selalu mencari barang modal yang jauh lebih murah, tapi sudah harus berupaya agar ekspor ke Singapura bisa digenjot. Kalau tidak mampu, harus bisa menghasilkan produk yang berdaya saing sehingga pelaku usaha lebih memilih produk dalam negeri tanpa membuat biaya produksinya membengkak.
"Jadi Sumut harus bisa menghasilkan produk berdaya saing tinggi. Dengan begitu, kran impor bisa mengendur dan defisit neraca perdagangan tidak semakin melebar," kata Vincent.