Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Saya kangen adanya sekuntum harapan, seperti pernah dinikmati masyarakat Amerika Serikat ketika negara itu dililit depresi besar 1930-an. Saya membayangkan new deal (kesepakatan baru) yang dicetuskan oleh Franklin Delano Roosevelt saat diangkat sebagai Presiden AS ke-32 pada 1932, 87 tahun silam.
Kala itu, AS, sedang dikulum jurang depresi pada 1933-1938. Angka pengangguran 24,9% pada 1933 dari sebelumnya 2-4%. Moneter sakit, dan duit publik di bank terkeruk US$ 2 miliar.
Harga-harga saham pada 1929 jatuh ke jurang depresi besar hingga menjelang Perang Dunia II. Roosevelt mendeklarasikan The New Deal seraya memberlakukan UU Keamanan Sosial yang memberi subsidi kaum penganggur.
Ada pula UU Perburuhan yang mengatur lebih adil gaji minimum, serta persamaan kerja antara laki-laki dan perempuan.
"Saya berjanji kepada Anda, saya berjanji kepada diri sendiri, sebuah new deal bagi rakyat Amerika," katanya.
Roosevelt menggeser sistem pasar bebas ke deregulasi. Ia luncurkan pembangunan berbagai infrastruktur, penghematan belanja rutin pemerintah dan sebagainya.
Hasilnya? Produk Domestik Bruto AS pada 1936 meningkat 34% dibanding 1932. Pengangguran menurun drastis dan ekonomi bertumbuh.
Ibu Negara Amerika 1933-1945, Anna Eleanor Roosevelt pun menghibur rakyatnya, dengan kalimat yang memotifasi. "Masa depan adalah milik mereka yang percaya pada keindahan impian-impiannya," tutur Eleanor.
Eleanor memberi spirit terhadap kaum perempuan agar menyertai kaum lelaki yang terpuruk dalam keputusasaan. Eleanor berkata, "Terserah pada kaum perempuan, mau apa".
Eh, kaum perempuan pun berbondong-bondong dengan bekerja apa saja, termasuk di kantor atau pabrik-pabrik tekstil. Kemudian, jutaan orang terhindar dari kelaparan.
Situasi macam itulah yang kita rindukan. Bukan wacana pelarangan cadar dan celana cingkrang. Kenaikan iuran BPJS. Defisit neraca perdagangan. Kekecewaan parpol karena kadernya sedikit atau tidak ada masuk kabinet. Ah, situasi macam itu hanya akan membuat harapan kita hampa.