Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Apa kabar Festival Danau Toba (FDT) 2019? Saya baca di website Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Utara akan berlangsung pada 10-11 Desember di Parapat, Simalungun. Acaranya, antara lain lomba fotografi, lomba Ucok dan Butet, Running 10 K, Lomba Vokal Group, Lomba Paduan Suara dan sebagainya.
Padahal sekarang sudah 19 November 2019. Berarti tinggal 20 hari lagi. Namun gebyarnya sepi-sepi saja. Apakah ini “tanda-tanda” FDT dilaksanakan sekadar “lepas utang” saja?
Kita teringat FDT 2018 di Desa Silalahi, Dairi pada 5-8 Desember 2018 lalu. Saat itu, omzet penjualan Juanda, seorang pedagang dodol dan Ali, pedagang jam dan aksesoris cuma Rp140.000.
Bah, untuk biaya makan selama 4 hari saja tidak cukup. "Kami makan modal datang ke sini," keluh Ali yang datang dari Kota Medan.
Belman Sidabutar, warga Desa Sialalahi seorang pedagang makanan-minuman dan jasa toilet mengaku pendapatannya hanya Rp 550.000.
FDT 2018 sepi. FDT pun hanya ditutup Sekretaris Daerah Kabupaten Dairi Sebastianus Tinambunan, Sabtu (8/12) lalu. Ironisnya, tanpa dihadiri satu pun pejabat Pemerintah Provinsi Sumut dan bupati di kawasan Danau Toba. Para bupati ini juga tidak hadir saat pembukaan, kecuali Bupati Dairi Jhonny Sihotang selaku tuan rumah. Saat itu tidak diumumkan siapa yang akan menjadi tuan rumah FDT 2019.
Tiba masanya FDT dievaluasi, setidaknya untuk FDT 2020. Pelaksananya tak lagi harus Pemkab secara bergiliran. Sebab hanya menjadi beban Pemkab, apalagi jika tak didukung transportasi yang mulus ke lokasi FDT maupun berbagai fasilitas pendukung.
Sebaiknya pelaksananya diserahkan kepada dunia usaha dengan cara lelang oleh Pemprovsu. Kemudian dipusatkan di Parapat dengan jadwal dan lokasi menetap yang mempunyai fasilitas lebih lengkap.
Alangkah elok jika berkolaborasi dengan masyarakat yang mempunyai event kultural. Dairi selalu melakukan pesta Tugu Marga Silalahi saban tahun, seperti November 2018 silam. Pengunjungnya ribuan orang lebih ramai dari FDT.
Kala itu, ribuan marga Silalahi berdatangan dari seantero Tanah Air. Lalulintas macet. Turis asing pun ramai karena tertarik kepada upacara yang genuine (asli) tersebut daripada pelaksanaan FDT.
Publik tentu berharap FDT yang digagas oleh Gubernur EWP Tambunan pada 1983 itu berlangsung sukses dan meriah. Sekaligus menjadi magnet yang memikat wisatawan asing meramaikan Danau Toba.