Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai dipertanyakan. Selain munculnya prediksi JP Morgan tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya 4,9% juga kembali muncul isu sepinya pusat-pusat perbelanjaan.
Ketua Bidang Ritel Apindo (Asosiasi Pengusaha Indonesia), Tutum Rahanta menjelaskan, dari sisi pengusaha ritel apa yang terjadi sebenarnya harus dilihat dari berbagai hal. Ada pusat belanja yang sepi lantaran perubahan perilaku konsumen yang kini serba online.
"Memang yang tercepat yang pengaruhi perilaku konsumen mereka. Muncul zona nyaman untuk yang bisa melakukan belanja tanpa harus mengunjungi tempat belanja. Hal yang lain pertempuran bisnis juga," terangnya, Rabu (20/11/2019).
Pusat belanja yang dimaksud semacam ITC yang menjual produk-produk tertentu seperti elektronik. Berkembangnya e-commerce membuat pola transaksi produk tersebut bergeser.
Banyak juga dari para pedagang yang juga beralih menjual produknya secara online. Sehingga apa yang terlihat secara kasat mata belum tentu mempengaruhi pedagang.
"Kan dilihat pertambahan pusat perbelanjaan baru bisa dibilang tidak ada. Mereka (para pedagang) juga tidak menambah toko. Mereka hanya punya 1 toko untuk semacam showroom, lebih banyak jual lewat online," terangnya.
Tutum menambahkan ada juga pusat perbelanjaan yang sepi lantaran semakin besarnya pembelian melalui aplikasi layanan antar jemput seperti Go-Jek dan Grab. Perusahaan itu melayani jasa perwakilan untuk belanja, terlebih untuk produk kuliner.
Meski begitu, Tutum selaku pengusaha juga mengakui bahwa ada pengaruh dari situasi ekonomi saat ini. Meskipun hal itu tidak menjadi faktor utama.
"Bahwa pengaruh sistuasi ekonomi ada, tapi lebih besar pengaruh perubahan perilaku konsumen. Situasi ekonomi cuma mempercepat," terangnya.
Sementara terkait proyeksi pertumbuhan ekonomi RI dari JP Morgan dia menanggapi bahwa pengusaha hanya bisa melakukan antisipasi dari prediksi-prediksi yang bermunculan.
"Semua bisa benar, semua juga bisa salah. Tergantung bagaimana melihat dan dari sisi yang mana," tutupnya.(dtf)