Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medan di zaman Guru Patimpus (1590) adalah kampung. Kini telah menjadi kota metropolitan. Medan dulu adalah Paris van Sumatra. Bersih, sistem drainasenya bisa menyedot hujan selebat apapun. Kini? “Sungai-sungai” mendadak suka muncul di beberapa pojok kota setiap kali turun hujan lebat.
Tidaklah berlebihan jika ada tokoh yang berangan-angan hendak mengubah wajah Kota Medan. Ke bulan saja dahulu mustahil orang bisa menginjakkan kakinya. Tapi sudah menjadi kenyataan.
Tokoh-tokoh macam itulah yang diharapkan tampil sebagai bakal calon – kemudian menjadi calon – Wali Kota Medan pada Pilkada tahun depan. Kini sudah banyak tokoh yang mendaftar ke berbagai parpol.
Saya berharap mereka adalah para visioner. Tidak hanya punya imajinasi tentang Kota Medan 5 tahun ke depan, tetapi juga meyakinkan kita bahwa mereka mampu melakukannya. Ia bentuk “Kota Medan” yang baru yang berubah dari hari kemarin.
Semoga ada “kejutan” yang mungkin saat dilontarkan terasa tidak masuk akal, akan tetapi punya kemungkinan besar terwujud. Dahulu pun Kantor Gubernur Sumatra Utara hanya berlantai 2, kini sudah berlantai 10. Dahulu pun tidak ada hotel berbintang 5 , tapi kini sudah banyak yang menjulang di angkasa Medan. Plasa juga bertaburan.
Visi misi akan tetap tinggal angan-angan jika tak dapat diwujudkan. Tapi “berangan-angan” itu pertanda kreatifitas dan kita ingin mendengar bagaimana para kandidat “bermimpi” tentang masa depan kota ini. Dia pun tahu bagaimana cara mewujudkannya.
Seorang wali kota dan wakil wali kota harus punya dream. Guru manajemen Kazuo Wada berkata, bahwa hal terpenting dari dream adalah bagaimana ia dimengerti publik, komunikatif dan popular.
Mengutip Henry Ford, sebuah visi misi dan program yang cemerlang bukanlah pendapat yang terlalu individual dari seorang tokoh. Tetapi digalinya dari inspirasi dan aspirasi masyarakat sehingga seolah-olah ia telah menyampaikan kehendak publik.
Misalnya, lalulintas tidak kian macet. Banjir di musim hujan sirna. Pedagang kakilima ditampung dan bukannya digusur. PSMS kembali berjaya. Medan pun menjadi pusat perekonomian dan kebudayaan.
Lagi pula harus jelas mengapa seseorang ikut kontestasi Pilkada. Ke mana kota ini akan dibawanya dan bagaimana caranya. Tabik!