Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Intervensi pasar terhadap dunia pendidikan yang kian jauh menyebabkan hanya kalangan tertentu yang bisa menuntut ilmu setinggi mungkin di Indonesia, khususnya kelompok masyarakat berduit. Sedangkan yang miskin atau kalangan tak punya, hanya pada tingkat tertentu saja.
Mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) FISIP USU mengungkapkan keprihatinannya atas kondisi tersebut. Melalui aksi demonstrasi di kampusnya di Jajan Dr Mansur, Medan, Kamis (21/11/2019). Dunia pendidikan jadi terpolarisasi antara orang berduit dan tidak. Seharusnya pendidikan menjadi hak semua warga. Tetapi sekarang tidak lagi.
Koordinator aksi, Ahmad Sayyidulhaq, menyatakan, keheranannya terhadap pemerintah yang tidak bersiap tegas terhadap polarisasi tersebut. Pasar seolah dibiarkan mengintervensi dunia pendidikan sehingga biayanya terus mengalami kenaikan.
"Pendidikan hak seluruh masyarakat, pasar harus dicegah melakukan intervensi agar semua rakyat dari berbagai strata kemampuan ekonomi dapat menikmatinya," tegas Ahmad kepada medanbisnisdaily.com.
Dampak lain dari intervensi pasar membuat pendidikan berkualitas hanya ada di kota besar. Tidak merata hingga ke seluruh pelosok nusantara. Konsep pendidikan kerakyatan yang mencerdaskan seluruh rakyat seperti tidak ada lagi di Indonesia.
Demonstrasi sebagai wujud protes terhadap sikap pemerintah yang membiarkan intervensi pasar disebutkan Ahmad dikakukan dalam kaitan dengan peringatan Hari Pelajar Internasional yang jatuh pada 17 November lalu.
Demonstrasi diwarnai aksi bakar ban bekas, pengucapan sumpah mahasiswa, menyanyikan lagu-lagu perjuangan rakyat, aksi teatrikal dan orasi.