Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Setelah mencapai rekor tertinggi di level US$ 1.550/troy ons, harga emas saat ini masih bersusah payah untuk naik di atas US$ 1.500/troy ons. Kinerja harga emas dunia memang lebih banyak dipengaruhi hubungan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina. Bahkan belum lama ini, harga emas sempat turun dikisaran US$ 1.452/troy ons.
"Namun, saat AS menyetujui RUU untuk mendukung Hongkong yang pro demokrasi, harga emas justru berbalik naik. Meski saat ini masih bertahan dikisaran US$ 1.466/troy ons-nya, namun tren jangka pendek emas untuk mengalami kenaikan masih terbuka lebar," kata pengamat ekonomi, Gunawan Benjamin, Jumat (22/11/2019).
Gunawan mengatakan, pelaku pasar masih pesimis terkait dengan kemungkinan membaiknya hubungan dagang antara AS dan Cina, yang seharusnya mereka sepakati di 15 Desember mendatang. Namun, Cina sejauh ini menilai AS sebagai negara yang ikut campur dalam urusan dalam negeri mereka. Sehingga membuat Cina sepertinya akan lebih bersikap menjauh terkait dengan kesepakatan dagang yang akan mereka tandatangani dengan AS nantinya.
Kalaupun berpotensi menguat, harga emas masih belum akan mengalami kenaikan signifikan selama belum ada sentimen seperti kebijakan suku bunga AS, yang bisa saja menjadi daya tarik kuat buat dolar AS untuk melanjutkan tren penguatan. Sejauh ini, kebijakan sejumlah Bank Sentral di negara besar seperti Eropa, Jepang maupun AS cenderung mengeluarkan kebijakan uang longgar.
"Jadi emas tetap berpeluang naik dalam jangka pendek. Namun ketidakpastian sejumlah isu global membuat sejumlah investor cenderung tidak banyak mengkoleksi emas dalam jangka menengah panjang," kata Gunawan.