Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Karena mengalami kelainan jantung, tim medis Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan terpaksa harus menanamkan alat pacu jantung (permanent pacemaker) beserta baterainya, terhadap seorang bayi perempuan berusia 20 hari.
Tindakan ini dilakukan, agar irama jantung bayi berinisial S, warga Medan Amplas yang didiagnosa total aatrioventricular (AV) block atau kelainan irama jantung tidak normal tersebut bisa menjadi stabil.
Prof Dr Guslihan Dasa Tjipta SpA (K) mengatakan, tindakan pemasangan alat pacu jantung pada bayi ini adalah yang pertama kalinya dilakukan di Provinsi Sumut, khususnya di RSUP Haji Adam Malik. Ia juga mengaku, kasus seperti ini memang sangat jarang terjadi, bahkan setelah hampir 30 tahun lebih bertugas, ia baru pertama kali mendapatkan pasien seperti ini.
"Kelainan jantung bayi ini dipengaruhi penyakit ibunya dan obat-obatan yang diminum pada masa kehamilan. Pada usia tiga hari (bayinya) kita terima, setelah itu dikonsultasikan ke berbagai ahli, lalu diambil satu keputusan untuk pemasangan alat pacu jantung," ungkapnya kepada wartawan, Rabu (27/11/2019).
Senada, ahli pacu jantung RSUP Haji Adam Malik, dr Anggia C Lubis, SpJP (K) menyebutkan, tindakan pemasangan alat pacu jantung pada bayi memang belum pernah dilakukan di RS Adam Malik maupun rumah sakit lainnya yang ada di Pulau Sumatera. Sehingga menurutnya, keberhasilan atas tindakan ini menunjukkan sebuah kerjasama tim yang luar biasa, karena banyak ahli yang terlibat dari berbagai sub spesialis, baik anak, jantung, bedah torak, sampai anastesi.
Sementara itu, dokter bedah thoraks kardiovaskuler RSUP Haji Adam Malik, dr Maulidya Ayudhika, SpBTKV menjelaskan, tindakan operasi untuk menanamkan alat pacu jantung dan baterai, operasinya berlangsung sekitar 1,5 jam. Ia menuturkan, saat ini alat pacu jantung itu pun telah bekerja dengan baik, sehingga irama jantung bayi kembali normal.
"Dilakukan pembedahan di bagian dada dan selaput pembungkus jantung. Elektroda alat pacu jantung dipasang di epikardial, dan generator atau baterai pacu jantung ditanam di rongga perut," jelasnya.
Namun dia memastikan, alat-alat yang ditanam tersebut tidak akan mengganggu aktivitas si bayi, karena ditanam tepat pada posisinya. Hanya saja ia mengakui, orang tua pasien harus diedukasi, karena jika sudah remaja akan mempercepat pengurasan dari daya baterai.
Disinggung berapa lama baterai tersebut dapat bertahan, dr Anggia menambahkan, daya tahan baterai tersebut diperkirakan berlangsung selama 10 tahun. Namun jika ada alat-alat elektronik yang didekatkan kepada anak ini, memang dapat memeprcepat pengurasan daya baterainya.
"Jika dayanya sudah habis, maka baterai harus diganti. Namun sebelum itu sudah bisa dideteksi. Tapi ini nggak masalah, karena dalam 10 tahun kedepan tentu sudah ada teknologi terbaru yang bisa diterapkan kepada pasien," tandasnya.
Begitupun, Kepala Pusat Jantung Terpadu (PJT) RSUP Haji Adam Malik, dr Nizam Zikri Akbar, SpJP (K) menyatakan, pemasangan alat pacu jantung pada orang dewasa memang sudah sering dilakukan. Namun di PJT ini, ia mengatakan, pihaknya terus melakukan inovasi, salah satunya melakukan tindakan serupa terhadap pasien bayi.
Ia menyebutkan, memang ada berbagai tantangan dalam prosedur pemasangan alat pacu jantung terhadap bayi ketimbang orang dewasa. Terutama tutur dia, karena usia bayi yang belum mencapai satu bulan hingga kompleksitas dari organ jantungnya.
"Hal ini menjadi tantangan bagi tim dokter, selain masih harus terus melakukan pengawasan terhadap bekas luka operasinya. Jadi jika sudah benar-benar kering, maka pasien baru diperbolehkan pulang," pungkasnya.