Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdailycom-Medan. Sejak virus hog cholera mewabah ternak babi beberapa bulan terakhir ini, ada yang berubah dari pesta orang Batak. Yang biasanya dalam setiap pesta orang Batak identik dengan daging babi, kini diganti menjadi lembu atau hewan lain.
Hal itu dikarenakan ada ketakutan virus ini menular kepada manusia. Meski pemerintah sudah menjelaskan bahwa virus ini hanya menular antar babi, namun tetap saja masyarakat diselimuti rasa cemas.
Hal itupun juga diakui salah seorang tokoh adat Batak, Marihot Samosir kepada medanbisnisdaily.com, Sabtu (30/11/2019).
Marihot yang dijumpai medanbisnisdaily.com dalam sebuah pesta perkawinan di Wisma Tanjung Morawa, Jalan Tanjung Morawa, KM 14 ini, mengatakan, meski tidak mengkonsumsi daging babi, bukan berarti pesta adat Batak tidak sah.
"Memang kebiasaan selama ini mengkonsumsi pinahan (babi), tapi bukan berarti kalau pakai yang lain, tidak sah. Kalau soal panjambaran, diupayakan tetap pinahan. Yang penting dipastikan pinahannya sehat dan tidak terkena virus. Tapi kalau tidak bisa, lembu juga boleh, malah lebih bagus," katanya.
Dijelaskannya, dalam pesta Batak, yang terpenting aturan dan konsep adatnya berjalan sesuai dengan yang ditradisikan. Soal apa yang dimakan itu bisa disesuaikan. Marihot maklum, bila masyarakat, termasuk orang Batak sendiri sekarang ini enggan mengkonsumsi daging babi. Tambah lagi di pasaran, daging babi sudah langka ditemui.
"Itu tidak masalah. Karena adat Batak itu pun tergantung situasi. Tidak paku mati," katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, akibat virus hog cholera yang menyerang ternak babi dalam beberapa bulan terakhir, membuat masyarakat beralih ke daging lainnya. Termasuk dalam pesta-pesta adat orang Batak yang biasa berlangsung di wisma.
Hingga kini, sudah ada 10.351 ekor babi yang mati akibat hog cholera. Data pada akhir Oktober 2019 dari Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut menunjukkan jumlah babi yang mati karena serangan hog kolera sebanyak 5.075 ekor. Jumlah itu kemudian bertambah menjadi 5.800 ekor hingga, Senin, 11 November 2019. Kemudian jumlah babi mati bertambah lagi menjadi 8.186 ekor hingga 14 November 2019, dan 10.351 ekor hingga data per Jumat, 22 November 2019. Sementara jumlah populasi babi di Sumut diperkirakan 2 juta ekor.