Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tengah menyusun strategi untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). BNPB berupaya agar kandungan air di lahan gambut saat musim kemarau tetap basah dan mengembangkan industri pertanian warga setempat.
"Nah sekarang barangkali teman-teman dari kedeputian merehabilitasi dan rekonstruksi untuk berpikir lebih jauh dengan bagaimana kita mengendalikan fungsi gambut. Karena kita punya di enam provinsi. Riau saja 60 persen daerahnya gambut. Kalau di Sumsel itu 1,4 juta hektar itu gambut," kata Sekretaris Utama BNPB, Harmensyah pada seminar nasional 'Reformasi Kebijakan dan Strategi Pemulihan Sosial, Ekonomi Pasca Bencana Pada Era Revolusi Industri 4.0' di Hotel Millenium, Jakarta Pusat, Rabu (11/12/2019).
Harmensyah mengatakan lahan pertanian di lahan gambut itu rawan terbakar apabila tidak ada kandungan air. Musim kemarau menurut Harmensyah adalah pemicu kekeringan itu.
"Jadi Karhutla ini kita lihat masyarakat yang mempunyai kegiatan pertanian, perkebunan di Karhutla itu rawan kembali terbakar. Karena di musim kering, hujan berbulan tidak ada, airnya nggak ada sampai jauh dibawah permukaan sehingga gambutnya betul-betul kering," ujar Harmensyah.
Harmensyah menuturkan pihaknya sedang melakukan percobaan di Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Dia mengatakan BNPB berupaya untuk mengalirkan air ke lahan gambut itu.
"Sekarang kita kembalikan, makanya kita jadikan suatu pilot project atas kunjungan kita ke Ogan Ilir dan ini bisa kita salurkan ke daerah lain. Kita lihat posisi dimana kita bisa mengisi kembali gambutnya dengan air. Sehingga nanti kita pastikan airnya bisa masuk dan gambut ini tidak akan terbakar lagi, karena lawan api adalah air," tuturnya.
Harmensyah menjelaskan di Ogan Ilir itu pihaknya berupaya mengalirkan air ke lahan gambut. Air tersebut bersumber dari sungai terdekat yaitu Anak Sungai Musi.
"Saya melihat saat itu sampai dua meter turun air. Air di kanal itu habis, hilang, nggak ada lagi. Bagaimana upaya kita ke depan, saya suruh buka peta, saya ingin mencari sumber air. Saya ingin memastikan gambut ini terisi air. Gambarkan, ini bisa diambil, padahal punya potensi yang besar. Air sungai kalau dari Sungai Musi tidak bisa diambil, tapi dari anak Sungau Musi bisa diambil dengan kapasitas sangat besar. Jadi alam sudah memberikan," ucapnya.
"Waktu itu saya tanya berapa km ini harus bangun? Kita harus bantu 7 km, ternyata 13 km tidak ada masalah. Jadi kita buka dengan 20 meter nanti salurannya, dipastikan seluruh daerah yang terbakar itu sudah basah lagi," kata dia.
Sementara itu, Deputi bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB, Rifai menyebut selain menjaga kandungan air pada lahan gambut, BNPN juga melakukan upaya lain. Upaya tersebut seperti pengembangan industri pertanian dalam 3 tahapan untuk mengubah perilaku pertanian warga setempat.
"Kita lakukan 3 tahapan, tahapan jangka panjang, pendek dan menengah dalam rangka penyelenggaraan penanggulangan. Jadi nanti jangka pendeknya adalah daerah-daerah yang terpapar ada beberapa tanaman berumur muda. Jangka menengah, ada yang berumur sedang seperti kopi liberika yang sedang dikembangkan. Terakhir jangka panjang, tanaman sagu dan aren," kata Rifai.
Rifai menyebut cara yang paling ampuh untuk mencegah karhutla adalah mengubah perilaku membuka lahan pertanian dengan cara dibakar. Untuk mengatasi perilaku itu, BNPB menawarkan 3 tahapanan pertanian itu.
"Lalu yang paling strategis adalah perubahan prilaku. Yang sekarang suka bakar, ke depan tawaran-tawaran kita dengan adanya upaya-upaya jangka menengah pendek dan panjang," ungkapnya.(dtc)