Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Penggunaan bodycam bisa menggerus budaya pungli hingga kekerasan. Oleh sebab itu, bodycamp sebaiknya tidak hanya dipakai Direktorat Lalu Lintas tapi pada berbagai satuan Polri lainnya seperti Shabara, Reskrim dan Narkoba .
"Inovasi bodycam lengkap dengan fitur panic button dan GPS yang akan diterapkan pada seragam anggota Patroli Jalan Raya (PJR) sangat bagus. Dengan teknologi ini banyak manfaat diperoleh seperti pemantauan arus lalu lintas, bantuan pengejaran pelaku kejahatan yang melintas di jalan raya hingga pemantauan keberadaan para anggota PJR," kata Wakil Ketua Komisi III DPR, Ahmad Sahroni kepada wartawan, Kamis (12/12/2012).
Menurut Sahroni, teknologi bodycam dilengkapi panic button dan GPS akan memberikan banyak keuntungan terhadap Polri dalam memberikan pelayanan, pengungkapan kasus hingga pengawasan. Karenanya ia mendorong penerapan bodycam disertai fitur panic button dan GPS dapat diterapkan pula pada satuan kerja lain, khususnya yang bersentuhan dengan masyarakat secara langsung.
"Kami mendorong teknologi ini juga diterapkan di satuan kerja lain. Sabhara yang bertugas menjaga aksi demonstrasi, Reserse, termasuk narkoba misalnya," sambung Bendahara Umum Partai NasDem ini.
Sahroni mengemukakan, penggunaan bodycam, panic button dan GPS akan membuat masyarakat semakin percaya sehingga stigma negatif terhadap Polri akan terkikis. Dalam penanganan aksi demo dicontohkan Sahroni, masih banyak masyarakat yang menganggap penjagaan dilakukan Polri masih terkesan represif dan melanggar HAM.
"Dengan adanya bodycam, akan terlihat bagaimana kondisi pengamanan dilakukan sebenarnya. Apakah memang ada oknum yang melakukan tindakan kesewenang-wenangan atau tindakan dilakukan Polri bersifat pertahanan karena terus menjadi sasaran massa. Gambar tersimpan dapat membantu pimpinan menentukan sikap saat terjadi peristiwa kekerasan yang dituduhkan kepada Polri saat menjaga demonstran," papar Sahroni.
Dalam kesempatan yang sama Sahroni menuturkan masyarakat juga masih mencurigai adanya aksi main mata atau kerap disebut dengan kode '86' saat penanganan perkara ataupun pelanggaran lalu lintas. Tudingan terhadap manipulasi barang bukti hingga kekerasan anggota saat penangkapan maupun upaya suap menyuap dapat diminimalisir dengan penggunaan teknologi tersebut.
"Anggota yang ingin melakukan manipulasi ataupun bermain mata dengan pelanggar hukum akan berpikir ulang karena adanya bodycam. Pimpinan bahkan dapat memantau langsung melalui live streaming saat anggota melakukan upaya penangkapan ataupun penggerebekan pelaku kejahatan," ucapnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya memastikan kesiapan 100 unit bodycam di tahun 2020 untuk dipasangkan pada seragam anggota Patroli Jalan Raya (PJR) pada 2020. Kasatgas E-TLE Ditlantas Polda Metro Jaya Kompol Arif Fazrulrahman mengungkapkan di penghujung tahun 2019 ini baru ada 16 kamera yang akan digunakan oleh anggota PJR.
"Rencananya hari Jumat kita latihkan, ada 16 kamera yang akan kita bagikan kepada 7 induk petugas PJR sementara. Awal tahun 100 kamera," urai Arif di Polda Metro Jaya, kemarin.
Arif membeberkan, fungsi bodycam di antaranya mampu merekam hingga 20 jam dan bisa melakukan live streaming dengan petugas yang ada di kantor TMC Polda Metro Jaya. Dilengkapi memori 32 GB, bodycam memiliki kapasitas baterai 8 jam nonstop.
Teknologi ini tukasnya juga memungkinkan komunikasi antara sesama petugas di lapangan yang menggunakan bodycam dan petugas yang berada di kantor. Kamera ini juga dilengkapi tombol panic button dan GPS. (dtc)