Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Tradisi pencak silat tak hanya milik Indonesia, namun juga menjadi warisan dunia. Baru saja, tradisi itu ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda kemanusiaan oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO-PBB). Maka sudah genap 10 budaya Indonesia yang menjadi warisan budaya dunia. Ini rinciannya.
Dilansir dari situs resmi UNESCO, Jumat (13/12/2019), keputusan perihal penetapan suatu produk budaya menjadi warisan dunia diambil oleh Komite untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda Antarpemerintah, dipilih lewat pertemuan Majelis Umum PBB.
Berikut adalah 10 tradisi dari Indonesia yang menjadi warisan dunia:
1. Tradisi Pencak Silat (Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan 2019)
Selain mengandung elemen olahraga, tradisi pencak silat dinilai mengandung aspek mental-spiritual, bela diri, dan seni. Istilah 'pencak' lebih dikenal di Jawa, sedangkan 'silat' lebih dikenal di Sumatera Barat. Tiap daerah punya gaya tersendiri, dilengkapi dengan musik, kostum, dan senjata tradisional.
Praktisi pencak silat diajarkan untuk menjaga hubungan dengan Tuhan, manusia, dan alam, melindungi diri sendiri dan orang lain, menghindari tindakan menyakiti penyerang, dan menjalin persahabatan. Pengetahun terkait silat diajarkan di pendidikan nonformal, termasuk tradisi tutur, salam, frasa falsafah, pantun, nasihat, lagu, dan teknik bermain peralatan.
2. Pinisi, seni membuat kapal dari Sulawesi Selatan (Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan 2017)
Pinisi atau seni membuat kapal dari Sulawesi Selatan merujuk pada keterampilan tali-temali dan berlayar yang dimiliki pelaut Sulawesi. Tradisi pinisi merupakan kelanjutan tradisi membuat kapal bangsa Austronesia. Untuk orang Indonesia dan publik internasional, Pinisi menjadi lambang keterampilan pribumi kepulauan Nusantara.
Sekarang, tradisi membuat kapal berlokasi di Tana Beru, Bira, dan Batu Licin. 70% Masyarakat di daerah tersebut bermata pencaharian terkait pembuatan pinisi dan navigasi. Membuat kapal dan berlayar juga merupakan identitas mereka.
3. Tiga aliran tari tradisional Bali (Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan 2015)
Ada tiga aliran tarian tradisonal Bali yakni sakral, semi-sakral, dan hiburan. Tari tradisional Bali dipentaskan oleh pria dan wanita mengenakan busana tradisional. Tarian Bali terinspirasi oleh alam dan melambangkan tradisi-tradisi, kebiasaan, dan nilai-nilai keagamaan.
Tarian memadukan postur badan, lutut menekuk, menahan perut, gerakan sesuai irama yang dinamis, ekspresi wajah dengan gerakan mata yang memperlihatkan bahagia, sedih, marah, takut, dan cinta. Tarian dipadukan dengan gamelan. Penampil harus punya kharisma, kesederhanaan, disiplin, dan energi spiritual. Penari Bali diajar sejak kecil dalam kelompok-kelompok. Tari Bali menyediakan identitas budaya dan pemahaman penjagaan warisan budaya nenek moyang.
4. Noken, tas rajut multifungsi dari Papua (Warisan Budaya Takbenda yang Perlu Dilindungi dengan Mendesak 2012)
Noken dibuat dari jalinan serat pohon atau dedaunan oleh masyarakat Papua dan Papua Barat, Indonesia. Pria dan wanita menggunakan noken untuk membawa hasil bumi, menangkap ikan di laut atau danau, membawa kayu bakar, bayi, atau hewan kecil. Noken juga digunakan untuk berbelanja dan menyimpan barang di rumah. Noken juga digunakan untuk perayan tradisional dan sebagai persembahan perdamaian.
Secara umum, pembuatan noken mencakup pemotongan pepohonan kecil atau semak, pemanasan di atas api, dan perendaman di dalam air. Serat kayu kemudian dikeringkan dan dijalin supaya menjadi untaian, kadang diwarnai dengan pewarna alami. Untaian serat tumbuhan itu kemudian dianyam untuk menjadi tas dengan pola dan ukuran tertentu. Pemakai noken kini berkurang. Faktor yang mengancam kelestarian noken adalah kurangnya perhatian, melemahnya transmisi budaya, berkurangnya pengrajin, persaingan dengan tas pabrik, bahan baku, dan pergeseran nilai budaya noken.
5. Tari Saman (Warisan Budaya Takbenda yang Perlu Dilindungi dengan Mendesak 2011)
Tari Saman adalah warisan budaya Gayo, Aceh. Anak laki-laki mementaskan Saman dengan duduk di tumit atau berlutut dalam barisan yang rapat. Semuanya mengenakan busana hitam dilengkapi bordiran warna-warni motif Gayo, melambangkan alam dan nilai luhur. Pemimpin tarian duduk di tengah dan memimpin nyanyian dalam bahasa Gayo. Isi syairnya bisa religius, romantis, atau humor.
Penari bertepuk tangan, menepuk dada, paha, dan lantai, juga menjentikkan jari. Mereka mengayunkan dan memutar badan dan kepala. Gerakan bakal serasi dengan perubahan irama, bisa serentak atau berselisih dengan penari di hadapannya. Gerakan ini melambangkan keseharian orang-orang Gayo dan alamnya. Saman dipentaskan untuk merayakan hari besar nasional dan hari besar agama, merekatkan hubungan antar-desa.
Namun, frekuensi pementasan Saman terus menurun. Banyak penari Saman kini menua tanpa penerus. Anak muda lebih suka permainan-permainan baru dan berpindah domisili untuk melanjutkan pendidikan. Kekurangan dana juga menjadi halangan, soalnya pementasan tari Saman butuh banyak biaya.
6. Angklung Indonesia (Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan 2010)
Angklung adalah instrumen musik Indonesia yang terdiri dari dua atau empat buluh bambu yang disangga dalam satu bingkai bambu, diikat dengan rotan. Meraut buluh bambu untuk angklung adalah pekerjaan yang butuh kehati-hatian, biasanya dilakukan oleh orang yang sudah ahli, tujuannya supaya menghasilkan notasi tertentu saat bambu digoyang atau ditepuk. Tiap angklung menghasilakn satu notasi atau akor, jadi untuk memainkan angklung haruslah berkolaborasi sehingga tercipta melodi. Angklung menggunakan tangga nada pentatonik. Pada 1938, Daeng Soetigna memperkenalkan angklung bertangga nada diatonik, disebut sebagai angklung padaeng.
Angklung adalah identitas budaya di Indonesia, dimainkan saat upacara tanam padi, panen padi, atau sunatan. Pelestarian angklung dilakukan secara lisan dari generasi ke generasi, juga dilakukan oleh institusi pendidikan. Sifat kolaboratif dalam bermain angklung menghasilkan nilai-nilai gotong-royong dan penghormatan antarpemain, ada pula nilai kedisiplinan, tanggung jawab, konsentrasi, dan pengembangan imajinasi serta ingatan.
7. Batik Indonesia (Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan 2009)
Batik Indonesia digunakan oleh bayi hingga mati. Anak-anak menggunakan bayi dalam bentuk selendang yang dipakai ibunya untuk menggendong. Jenazah juga diselimuti dengan kain batik. Busana batik dengan desain sehari-hari juga dikenakan saat kegiatan bisnis atau akademis. Kain batik juga punya peran penting dalam upacara adat tertentu.
Batik dibikin oleh pengrajin, mengaplikasikan rancangan motif garis dan titik menggunakan malam panas. Teknik pewarnaan menggunakan metode perendaman dalam satu warna, menghilangkan malam yang menempel dengan cara perebusan. Keragaman pola mencerminkan keragaman pengaruh, mulai dari pengaruh kaligrafi Arab, buket Eropa, burung China, sakura Jepang, atau merak India-Persia. Batik juga punya makna simbolis tergantung warna dan desain.
8. Pendidikan dan pelatihan batik Indonesia untuk SD, SMP, SMA, sekolah vokasi, dan politeknik, bekerjasama dengan Museum Batik di Pekalongan (Praktik Perlindungan yang Baik 2009)
Batik Indonesia menjadi tradisi turun-temurun di Jawa sejak awal Abad 19. Namun masyarakat batik melihat ketertarikan anak muda terhadap batik kian menurun. Butuh upaya meningkatkan ketertarikan anak muda supaya batik tetap lestari. Program pelestarian batik kemudian dilakukan, termasuk utnuk memberi pemahaman sejarah dan nilai budaya terkait batik untuk generasi muda.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional memungkinakan pelestarian budaya seperti batik untuk diterapkan sebagai muatan lokal, seperti di Kota Pekalongan. Program pelestarian Batik diinisiasi oleh Museum Batik bekerjasama dengan Dinas Pendidikan pada 2005. Program ini meluas ke Batang, Pemalang, dan Tegal.
9. Keris Indonesia (Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan 2008)
Keris atau Kris adalah senjata tradisional dari Indonesia. Keris dianggap punya kekuatan magis. Kemunculan keris yakni sejak Abad 10, menyebar dari Jawa ke seluruh Asia Tenggara. Bilah keris biasanya berbentuk sempit dengan bagian bawah yang lebar. Sarung keris (warangka) biasa dibuat dari kayu, kadang dilengkapi dengan bahan gading bahkan emas. Keris mengandung nilai estetika dhapur (desain bilah dengan 40 jenis), pamor (pola dekorasi logam, ada 120 jenis), dan tangguh yakni merujuk pada umur dan asal-usul keris.
Seorang empu membuat keris dari berbagai bijih besi dan nikel meteor. Keris berkualitas tinggi dibuat dengan lipatan belasan dan ratusan kali secara presisi. Seorang empu punya keahllian, pengetahuan tentang kesusasteraan, sejarah, serta ilmu gaib. Jumlah empu kini berkurang drastis, sulit menemukan empu yang juga mampu mewariskan keahliannya ke generasi muda.
10. Pertunjukan wayang (Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan 2008)
Wayang adalah pertunjukan dari Jawa era kuno. Dari Abad 10, wayang dipertunjukkan di keraton-keraton Jawa dan Bali, hingga ke desa-desa. Wayang kemudian menyebar ke Lombok, Madura, Sumatera, dan Kalimantan. Ada wayang golek (kayu) dan wayang kulit. Wayang digerakkkan dalang. Pertunjukan wayang mengandung nilai-nilai tradisional hingga muatan kritik sosial-politik aktual. Wayang membawa karakter dari tokoh mitologis pribumi, epos India, dan pahlawan cerita Persia.
Pertunjukan Wayang masih ada dan populer. Namun, wayang kini bersaing dengan bentuk-bentuk pertunjukan modern. Untuk bersaing dengan pertunjukan modern, seniman wayang kadang menekankan nilai humor, menerapkan musik popular dalam pertunjukan wayang, sehingga bisa menghilangkan karakter asli wayang. dtc