Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Belum memadainya tenaga konstruksi baik dari kualitas maupun kuantitas, menjadi tantangan bagi program pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah saat ini.
Hal itu tidak saja berdampak pada kualitas pekerjaan konstruksi yang dihasilkan, tapi juga menjadi ancaman bagi tenaga konstruksi karena serbuan tenaga kerja asing.
Ketua Umum BPP Gapensi ( Badan Pengurus Puat Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia), Iskandar Z. Hartawi menegaskan, tak sedikit dijumpai mahasiswa teknik bekerja di bidang lain setelah mereka lulus kuliah.
Padahal investasi untuk bisa menghasilkan sarjana teknik memerlukan usaha dan biaya lebih tinggi. Atas dasar itulah, BPP Gapensi melakukan kegiatan “Gapensi Goes to Campus” di 34 provinsi di Indonesia, dengan harapan mahasiswa teknik tetap mau bekerja di bidang keteknikan karena Indonesia masih kekurangan tenaga ahli teknik, baik dari jenjang sarjana maupun tenaga trampil dari pendidikan vokasi.
“Sudah menjadi komitmen Gapensi bahwa kerjasama antara peguruan tinggi dan industri harus terus dilakukan. Untuk itulah saat ini kami mau dan tak kenal lelah mendatangi banyak perguruan tinggi di seluruh Indonesia,” ujar Iskandar Z Hartawi di sela-sela acara Workshop & Seminar Nasional “Menciptakan SDM Unggul di Industri Konstruksi”, di Aula Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU), Kamis (19/12/2019).
Sebagai perbandingan, jumlah tenaga ahli teknik di Indonesia kurang lebih 3 ribuan/1 juta penduduk. Sementara di Vietnam yang juga negara berkembang, jumlah tenaga tekniknya sudah mencapai 8 ribuan/1 juta penduduk.
“Kita tentu tidak mau kalah dengan Vietnam. Sementara sumber daya alam kita memerlukan keahlian teknik jauh jauh lebih besar dari mereka. Karena jika tidak, justru nanti sumber daya alam kita akan lebih banyak diolah dan bahkan dikuasai oleh tenaga teknik asing. Kita harus bisa kerjakan dan olah sendiri untuk kesejahteraan bersama,” tegasnya.
Pada kegiatan tersebut juga disampaikan mengenai pentingnya penggunaan besi baja untuk kehidupan dan pembangunan nasional, yang dipaparkan Ketua Umum ISSC (Indonesian Society of Steel Construction), Ken Pangestu.
Ken Pangestu yang juga Bendahara Umum BPP Gapensi mengatakan, salah satu keunggulan besi baja adalah lebih kuat dan bisa didaur ulang. Karena itu, direkomendasikan penggunaan struktur baja di daerah rawan bencana.
Sementara Ahli Struktur dari USU, Prof Johannes Tarigan menyambut gembira acara roadshow
“Gapensi Goes to Campus”, terutama dengan adanya presentasi mengenai struktur baja yang diharapkan dapat memotivasi mahasiswa untuk lebih bersungguh-sungguh mempelajari tentang baja.
“Memang benar kalau kita di daerah gempa, kita bisa altenatif supaya jangan ada korban strukturnya pakai baja. Kami senang bahwa Ketua ISSC tadi bisa presentasi di sini karena berguna bagi mahasiswa kita,” pungkasnya.