Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Sejarah perkembangan pers di Sumatra Utara, disarikan dalam sebuah buku berjudul "Bunga Rampai Pers Sumatera Utara: Dari Zaman Kolonial Hingga Millenial".
Kepala Biro Humas dan Keprotokolan Setdaprov Sumut, Hendra Dermawan Siregar, meluncurkan buku tersebut di Pressroom, Kantor Gubernur Sumut, Jalan Diponegoro Medan, Senin (23/12/2019).
Buku setebal 353 halaman itu menambah khasanah referensi tentang sejarah pers Sumut dan membangkitkan semangat pers di tengah kelesuan bisnis media. Hendra Dermawan mengatakan banyak tokoh pers Sumut yang patut untuk menjadi panutan karena semangat mereka untuk membangun negara ini, mengabdi kepada masyarakat.
"Saya harap buku ini bisa memotivasi teman-teman wartawan dan memberikan informasi bahwa di Sumut ini lahir pers yang memberikan kontribusi besar bagi perjuangan kemerdekaan," kata Hendra.
Kabag Pelayanan Media dan Informasi Biro Humas dan Keprotokolan Setdaprov Sumut, Harvina Zuhra, yang juga editor buku tersebut, mengungkapkan ide pembuatan buku ini muncul usai Biro Humas dan Keprotokolan Sumut sukses mengadakan pameran Satu Abad Pers Sumut bekerja sama dengan Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-ilmu Sosial Lembaga Penelitian Uniersitas Negeri Medan (Pusis Unimed). "Selain itu, juga didorong karena minimnya penerbitan buku tentang pers di Sumut beberapa tahun terakhir," sebut Harvina.
Sementara itu, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumut, Hermansjah mengatakan, buku ini terbit setelah beberapa tahun terakhir sangat sedikit buku yang membahas soal pers di Sumut. Padahal menurutnya Sumut memiliki pers yang punya andil besar untuk kemerdekaan Indonesia.
Selain untuk memotivasi menelurkan buku soal pers, Hermansjah juga berharap buku ini bisa menjadi referensi pelaku-pelaku media untuk menghadapi industri 4.0. "Semakin ke sini media cetak semakin sulit, kita bisa katakan memasuki era senja kala. Tetapi, kita tentu tak mau media cetak hanya tinggal sejarah dan untuk itu perlu inovasi juga dalam hal manajemen dan juga wartawannya sendiri," kata Hermasjah.
Nurhalim Tanjung dari Dewan Kehormatan PWI Sumut menambahkan, industri 4.0 tidak hanya berdampak pada media cetak, tetapi juga radio dan televisi. Menurutnya media cetak yang tetap memakai cara tradisional dalam pengelolaannya, maka kemungkinan untuk mati akan sangat besar.
Ketua AJI Medan, Liston Damanik menganggap buku ini menjadi referensi bagi pelaku-pelaku media saat ini, belajar kembali dari tokoh-tokoh pers terdahulu yang perjuangannya sangat besar untuk pers Indonesia.
"Di tengah tantangan berat bagi media-media konvensional di era 4.0 buku ini bisa menjadi referensi kita menghadapinya. Banyak tokoh-tokoh pers Sumut yang luar biasa di dalam buku ini, kita bisa belajar dari mereka. Bagaimana semangat mereka, perjuangan mereka di era yang sangat sulit dahulu. Kita bisa belajar dari semangat mereka," kata Liston.
Sejarawan dari Universitas Negeri Medan (Unimed), Ichwan Azhari, merasa buku ini akan menjadi satu sumber referensi sejarah yang sangat berharga karena didalamnya terdapat informasi-informasi yang mungkin tidak banyak diketahui masyarakat saat ini.