Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Bisnis keluarga dan kekeluargaan itu beda. Jika bisnis keluarga dikelola oleh keluarga tetapi bisnis kekeluargaan dikelola dengan semangat kekeluargaan, kendati di bawah bendera perseroan terbatas. Di Indonesia, misalnya ada Grup Kalla, milik keluarga mantan Wapres RI. Di Kota Medan juga ada keluarga Arbie, TD Pardede dan sebagainya.
Dalam imajinasi saya, pada bisnis kekeluargaan tampak hubungan bos, manajer dan karyawan bagaikan sebuah keluarga. Saling sayang dan hormat tetapi disiplin, serta menyadari posisi masing-masing. Setiap karyawan merasa perusahaan itu adalah miliknya sehingga tanggung-jawab melimpah-ruah.
Setiap orang bekerja maksimal bak ibu merawat bayinya. Pikiran dan jiwa raganya tumpah kepada pekerjaan. Tidak malah asyik main game di komputer, atau sibuk memasang status di facebook.
Walaupun karyawan tetap digaji berikut berbagai fasilitas dan tunjangan, tetapi para karyawan ketika bekerja sudah sampai pada tingkat seolah-olah seorang sukarelawan. Dia tumpahkan seluruh skill, keterampilan, waktu dan energinya untuk memajukan perusahaan tanpa memikirkan imbalan yang diperolehnya. Artinya, tidak terlalu berhitung soal waktu, pikiran dan tenaga.
Saya membayangkan, kelak hasil kerjanya akan luar biasa, dan sukses perusahaan itu hanya tinggal menunggu waktu. Perasaan kekeluargaan itu yang mendorong karyawan tidak bekerja pura-pura, lepas rodi, tapi intensif dan tulus ikhlas dan penuh konsentrasi.
Jika ada masalah, anytime dan anywhere bisa dibicarakan oleh dan dengan siapapun. Semua ide dan gagasan yang memajukan perusahaan ditampung secara demokratis.
Membangun nilai kebersamaan untuk kepentingan bersama, itulah kata kuncinya. Tak ada ego, intrik dan persaingan tak sehat antarkaryawan, karena merasa karyawan lain bagai saudara kandung sendiri. Kira-kira, seenak berada di rumah senyaman itu pula bekerja di kantor. Alangkah sedapnya.