Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Belawan. Ratusan nelayan pemilik kapal nelayan tradisional berskala kecil mengeluhkan langkanya mendapatkan bahan bakar minyak jenis solar bersubsidi dalam beberapa tahun terakhir. Ketua Aliansi Nelayan Kecil Modern Indonesia (ANKMI) Kota Medan, Abdul Karim Syahrial Lubis (60) kepada medanbisnisdaily.com, Senin (6/1/2020), mengatakan, langkanya solar bersubsidi tersebut sudah menjadi rahasia umum, namun pemerintah tak perduli dengan keluhan nelayan, sehingga nasib nelayan semakin terpuruk karena menggunakan solar nonsubsidi ketika melaut.
Untuk mendapatka solar, kata Syahrial, nelayan terpaksa membelinya dari agen-agen, karena pasokan solar yang disalurkan pemerihtah lewat stasiun pengisian bahan bakar khusus untuk nelayan (SPBN) di Gabion Belawan dikuasai oleh mafia-mafia solar dan mafia perikanan.
"Untuk mendapatkan solar saja sangat sulit sehingga nelayan terpaksa membelinya dari agen dengan harga yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan harga di SPBN," jelas Syahrial yang bertemu Medanbisnisdaily.com di sebuah Tangkahan ikan di Kelurahan Belawan Bahari, Kecamatan Medan Belawan.
Menurut Syahrial, harga minyak di tingkat agen mencapai Rp 6.500 per liter sedangkan di SPBN hanya Rp5.150, namun untuk mendapatkan solar langsung dari SPBN tidak mudah, karena melalu mafia BBM yang berperan menaikkan harga.
"Untuk datang ke SPBN Gabion Belawan saja kapal-kapal nelayan tradisional tak bisa bersandar sembarangan. Kalau jalan kaki ke daratan terlalu jauh dan harus memutar dari Bagandeli," ujar tokoh nelayan Utara Kota Medan ini.
Ia berharap pemerintah mendirikan SPBN di Kampung Kurnia, Kelurahan Belawan Bahari, Kecamatan Medan Belawan, karena Kampung Kurnia merupakan perlintasan keluar masuk para nelayan tradisional yang hendak melaut setiap harinya.