Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Gubernur Sumatra Utara, Edy Rahmayadi, mengatakan akan mencari kegiatan lain untuk menggantikan Festival Danau Toba (FDT) untuk tahun 2020. Menurutnya, selama ini FDT kurang bermanfaat karena tidak mampu mendatangkan wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara. Hal itu dikatakannya kepada awak media, Kamis (9/1/2020).
Menanggapi itu, sejumlah masyarakat dari berbagai lembaga yang selama ini konsen pada Danau Toba, angkat bicara. Selain mengkritisi, mereka juga menyampaikan gagasan dan pemikirannya. Berikut komentar mereka yang dihimpun medanbisnisdaily.com, dalam dua hari terakhir.
John Robert Simanjuntak dari Forum Sisingamangaraja XII, mengatakan, kegagalan dinas pariwisata mengelola FDT mestinya jangan menjadi alasan untuk meniadakan FDT. Menurutnya, pengelolaan FDT perlu dikembalikan kepada satu lembaga semacam EO dan tidak berganti-ganti. Ia menyarankan sebaiknya pengelolaan FDT diserahkan kepada Badan Pengelola Geopark Kaldera Toba (BP GKT) dan membuat beragam event di 16 geosite secara serentak.
"Dalam pelaksanaannya BP GKT harus melibatkan mitra lokal dan masyarakat lokal. Apalagi selama ini banyak lembaga yang sudah berbuat untuk membangun kepariwisataan Danau Toba yang bekerja secara mandiri dan sukarela," kata John. John mencontohkan lembaga itu antara lain, RKI, Forum Anak Muara, Sanggar Dolok Sipiak, Siantar Visual Arts, Jendela Toba dan sebagainya.
Selain itu, tambah John, sesuatu yang khas seperti yang pernah populer saat FDT masih bernama Pesta Danau Toba, tetap harus dimunculkan. Salah satunya lomba solu bolon. Namun solu yang digunakan jangan yang terbuat dari fiber, seperti sekarang ini, namun harus yang asli. "Jangan nanti, solu bolon yang asli punah, yang muncul perahu naga," ungkapnya.
Miduk Hutabarat dari Komunitas Bumi, lebih menyoroti masalah lemahnya koordinasi dalam mengelola event FDT. Hal itu karena tidak ada sosok yang mampu mengorganisir semua potensi yang ada, terutama dalam upaya melibatkan masyarakat lokal. Padahal, sambung Miduk, sudah banyak lembaga yang selama ini bergerak untuk menggairahkan kepariwisataan Danau Toba.
"Menurutku, yang sudah diinisiasi RKI (Rumah Karya Indonesia-red) saja dimatangkan. Plus, tour d toba, (event mengelilingi danau), touring of road the Samosir dengan sepeda motor dan geobike caldera toba yang kemarin diinisiasi RKI," kata Miduk.
Sementara itu, pegiat Opera Batak dari Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) Thompson Hs, menilai kegagalan FDT selama ini karena kegiatan itu tidak dikembalikan kepada masyarakat lokal sebagai pemiliknya. Tetapi justru menjadi ajang untuk para pejabat dan kroni anggaran.