Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Harga komoditas khususnya minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) akan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara (Sumut) tahun ini. Ekonomi Sumut diprediksi bisa tumbuh di kisaran 5,1-5,4% dari 2019 sebesar 5-5,4%.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumut, Wiwiek Sisto Widayat, mengatakan, kinerja harga komoditas khususnya CPO memang sangat menggembirakan belakangan ini. Bahkan harganya kian kinclong setelah harga minyak mentah dunia terkerek pasca ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Iran.
"Jika harga CPO terus menanjak, tentu Sumut akan sangat diuntungkan. Tapi kalau benar-benar terjadi perang antara AS dan Iran, maka ada perkiraan terjadi tekanan pertumbuhan ekonomi menjadi sekitar 4,8%," katanya, Sabtu (11/1/2020).
Seperti diketahui, harga CPO memang terus merangsek dan kini masih bertahan di atas RM 3.000/metrik ton. Hal itu turut mengerek harga TBS sawit di petani yang sudah tembus Rp 1.900/kg. Harga CPO tercatat terus positif sejak September tahun lalu.
Membaiknya harga komoditas khususnya CPO, kata Wiwiek, akan sangat berkontribusi terhadap perekonomian Sumut yang otomatis akan mendorong peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga. Selain itu, investasi dan ekspor juga diharapkan bisa menunjukkan kinerja positif.
Di sisi lapangan usaha, kata Wiwiek, pertumbuhan ekonomi Sumut akan didorong perdagangan, konstruksi, pertanian dan industri pengolahan.
Tapi meski terdapat peluang peningkatan permintaan domestik seiring dengan investasi swasta serta perluasan penerapan biodiesel, namun pertumbuhan ekonomi Sumut 2020 dibayangi risiko bias ke bawah seperti dampak perang Iran dan AS. Untuk itu, Pemprov Sumut harus meningkatkan investasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei dan Pelabuhan Kualatanjung.
"KEK Sei Mangkei dan Pelabuhan Kuala Tanjung diyakini akan mendorong pertumbuhan ekonomi Sumut. Asalkan dimanfaatkan secara maksimal," kata Wiwiek.