Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Isu kesehatan seksual negatif, memang belakangan ini semakin tinggi untuk diperbincangkan. Misalnya, soal tindak pemaksaan dan kekerasan seksual yang tengah booming kasusnya, infeksi menular seksual, kehamilan yang tidak dikehendaki, hingga juga kasus HIV/AIDS.
Dokter spesialis kejiwaan, Dr dr Elmeida Effendy MKed KJ SpKJ (K), menyampaikan, padahal seksualitas juga dapat ditinjau dari sisi positif. Hal ini mencakup pemahaman seksualitas sebagai hal yang alami dan aspek kesehatan dari kehidupan manusia, pengetahuan tentang seksualitas dan hak reproduksi dengan pilihan yang bertanggung jawab.
"Begitu juga komunikasi saling menghormati, pertukaran pikiran, perasaan pribadi pada pasangan dan aktivitas seksual yang aman dan saling menyenangkan," ungkapnya kepada wartawan, Selasa (14/1/2020).
Elmeida menyebutkan, seksualitas positif juga bukan hanya dapat berdampak pada kesehatan seksual, fisik, dan mental saja. Melainkan juga berdampak pada kesejahteraan secara keseluruhan, berkaitan dengan kepuasan seksual, harga diri seksual hingga kenikmatan seksual.
"Karena seksualitas positif merupakan hal mendasar dari aspek sebagai manusia. Dimana yang bersangkutan mampu secara nyaman mendiskusikan tentang perasaan maupun nilai-nilai dalam hubungan intim," jelasnya.
Lebih lanjut Elmeida menerangkan, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap seksualitas adalah, seksualitas merupakan dorongan alamiah yang dibawa sejak lahir. Namun keluarga, latar belakang kebudayaan, agama, pengaruh media, teman-teman akan membentuk attitude (sikap) terhadap seksualitas itu sendiri.
Misalnya, sambung dia, dulu ada anggapan bahwa perempuan baik-baik tidak pantas untuk mengajak berhubungan seksual atau memulai terlebih dulu. Hal ini bisa berakibat pada dirinya dan pasangannya. Perempuan tersebut merasa tidak nyaman dalam mencari kepuasan, pasangannya pun menganggap perempuan tersebut tidak antusias padanya.
"Sedangkan laki-laki akan merasa dirinya lebih berharga jika merasa mampu membuat pasangannya puas. Sehingga dalam hubungan intim mereka lebih mementingkan bagaimana performancenya bisa memuaskan pasangan daripada mendapatkan kepuasannya sendiri," pungkasnya.