Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Belawan. Ketua Komite Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Sumut, Muhammad Isa Albasir, mengingatkan Sales Marketing Manajer Pertamina Region I UPMS Medan, jangan asal ucap kepada nelayan menyatakan Pertamina akan menghidupkan kembali SPDN (Solar Pack Dealer Nelayan) di sejumlah pemukiman nelayan yang sempat ditutup beberapa tahun oleh Pertamina.
"KNTI akan turun langsung ke lapangan dan akan membentuk tim kerja, terhadap pernyataan orang Pertamina yang menyatakan Pertamina akan mengaktifkan kembali SPDN," kata Ketua KNTI Sumut, Muhammad Isa Albasir saat ditemui medanbisnisdaily.com di sebuah tangkahan ikan di Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan, Rabu (15/1/2020).
Isa Albasir mengatakan, agar BBM, khususnya solar yang disuplai oleh Pertamina tepat sasaran, nelayan tradisional yang ada di Kota Medan harus dilibatkan.
Selama ini, kata Isa, nelayan tradisional selalu diabaikan oleh Pertamina dalam pendistribusian BBM, sehingga jatah BBM subsidi yang dikucurkan oleh pemerintah lewat Pertamina disalahgunakan oleh oknum pengusaha minyak dan juga pihak Partamina.
Ia berharap, sebelum SPDN itu diaktifkan kembali, Pertamina harus mengadakan sosialisasi menyeluruh kepada nelayan tradisional Kota Medan, bukan pada kelompok nelayan yang berperan menyalurkan BBM bersubsidi saja.
Tiara Theasufi, Sales Area Manager Pertamina Region I Medan saat melakukan pertemuan dengan sejumlah nelayan di Aula Kantor Camat Medan Belawan, Selasa (14/1/2020) mengatakan, dalam waktu dekat Pertamina akan menyediakan SPBU di setiap kelurahan guna membantu masyarakat, termasuk menghidupkan kembali SPDN (Solar Pack Dealer Nelayan) di sejumlah pemukiman nelayan.
Turunnya pihak Pertamina menemui nelayan, diduga, karena sejumlah nelayan kecil di Medan Labuhan dan Medan Marelan, mengeluhkan sulitnya mendapatkan solar subsidi, bahkan SPBU yang direkomendasikan Pertamina untuk melayani kebutuhan melaut nelayan, dipatok harus membayar Rp 5.000 per jerigen, sehingga memberatkan bagi nelayan yang membutuhkan solar.