Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Provinsi Sumatra Utara beberapa bulan terakhir ini tidak terlepas dari pembahasan virus babi, mulai dari awalnya disebut virus hog kolera hingga kemudian dinyatakan positif terjangkit virus African Swine Fever (ASF), yang kini bahkan mewabah di 18 kabupaten/kota. Ribuan babi mati akibat terserang virus tersebut, sehingga tidak sedikit peternak babi yang jatuh miskin, bisnis rumah makan menu babi juga sepi, sebagian tutup.
Seiring dengan belum terhentikannya virus ASF ini, berkembang pula spekulasi bahwa virus ini sengaja ditularkan di Sumut, mengingat hanya Sumut satu-satunya provinsi yang terjangkit virus ASF.
Adalah Gubernur Sumatra Utara, Edy Rahmayadi, yang kerap dipojokkan sejumlah orang. Seolah-olah Gubernur Edy dan jajarannya yang sengaja membiarkan penularan virus ASF ini. Perihal ini, berkembang di media sosial yang disampaikan banyak netizen.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut, Azhar memberikan penjelasan saat menggelar konferensi pers, di kantornya Jalan Gatot Subroto, Medan, Jumat (17/01/2020) sore.
Mantan Kepala Dinas Tanaman Pangan dam Holtikultura Sumut itu menjelaskan, ASF ditemukan di dunia pada tahun 2018, di mana Cina adalah negara pertama yang terjangkiti, disusul Hongkong, Filipina dan Timor Leste.
Di Indonesia sendiri, yakni di Sumut, diperkirakan terjangkit mulai Oktober 2019, yang awalnya hanya beberapa daerah namun saat ini sudah di 18 kabupaten/kota. "Berarti penyakit itu datang dari luar, bukan dari Indonesia, karena ditemukan baru tanggal sekian di Indonesia," sebutnya.
Penyakit itu bisa datang dari luar melalui beberapa hal. "Kami sudah lakukan cek ke seluruh karantina pintu masuk Sumut. Selama 2019, satu ekor pun tidak ada masuk ternak babi dari luar ke Sumut. Akan tetapi produk babi ada masuk, itu yang pertama. Ini penyakit bisa masuk melalui produknya bisa melalui ternaknya," ujar Azhar.
Kemudian, jelas Azhar, virus ASF mewabah di Sumut karena indikasi umumnya peternak di Sumut banyak menggunakan sisa makanan dari luar.
"Ada indikasi datangnya virus ASF dari makanan kapal yang langsung ke luar negeri, yang langsung penerbangan ke luar negeri ataupun dari kapal laut ke luar negeri, sehingga kalau itu sisa makanan tidak terkontrol oleh karantina," jelasnya.
Termasuk melalui pintu-pintu masuk yang tak resmi ke Sumut, sambung Azhar, juga mengindikasikan penyebab ASF di Sumut
"Sehingga yang kita prediksi itu masuknya penyakit virus ini ke Sumut karena bisa dari sisa makanan manusia, juga sisa makanan yang kurang masak, yang bisa menimbulkan virusnya masih hidup," jelas Azhar lagi.
Begitu pun, tegas Azhar, Pemprov Sumut tidak membiarkan penyakit ASF berkembang di Sumut. Dijelaskan, sejak 25 September 2019 pada saat virus itu masih diyakini sejenis virus hog kolera, pihaknya berupaya maksimal bagaimana melakukan pengendalian melalui tim Unit Reaksi Cepat yang dibentuk Gubernur Edy.
Langkah-langkah pengendalian yang efektif setelah menemukan penyakit ASF, pertama pelarangan vaksin hog cholera ke seluruh kabupaten/kota. Kedua, peningkatan biosekuriti, di mana langkah ini yang lebih efektif saat ini, baik di dunia dan di Indonesia karena sejauh ini belum ada ditemukan obat dan vaksin ASF.
Azhar pun menganggap Sumut berhasil dalam penanganan ASF. Bahkan Dirjen Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, sebutnya, juga mengakui upaya-upaya yang dilakukan Pemprov Sumut, bukan ada proses pembiaran.
"Tetapi karena belum ada obat dan vaksinnya, itulah yang bisa kami lakukan, pengetatan perpindahan dari suatu ternak ke tempat lain dan melakukan biosekuriti, merupakan hasil yang sangat maksimal menekan perkembagam virus ASF di Sumut," sebut Azhar.
Ditambahkannya, tidak ada satu pun diterbitkan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) untuk ternak babi sejak tanggal 25 September 2019, sebagai dasar pengiriman atau penjualan ternak babi ke provinsi lain.
"SkKH untuk keluar, tidak ada saya keluarkan. Saya setop di situ, kalau ini saya setop, dia (babi) tidak bisa keluar karena nanti akan membayahakan ke daerah provinsi lain," pungkas Azhar.