Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menyiapkan 3 strategi untuk menekan harga gas. Namun salah satu di antaranya bisa membuat praktik mafia migas semakin subur.
Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi menilai rencana Jokowi yang akan bebaskan impor gas untuk industri bisa menjadi blunder bahkan sesat. Sebab meski dibeli dengan harga murah dari luar negeri, mekanisme penyalurannya juga tetap akan membuat harga gas di pembeli tetap mahal.
"Ini paling blunder, impor, ini sesat menurut saya. Katanya kan pembelian bisa dengan harga US$ 4/MMBTU. Tapi impor ini kan masuk ke Indonesia beda dengan produk kedelai yang bisa langsung dijual. Kalau gas ini kan sampai Indonesia harus disalurkan dengan pipa, ada biaya distribusi, toll fee, dan biaya lainnya," ujarnya kepada detikcom, Minggu (19/1/2020).
Jokowi sendiri ingin agar harga gas untuk industri dalam negeri hanya US$ 6/MMBTU sesuai Peraturan Presiden Nomor 40 tahun 2016. Namun jika harga impor gas US$ 4/MMBTU, Fahmy yakin harga gas hingga pembeli industri akan di atas dari harapan Jokowi.
Di sisi lain, rencana Jokowi itu menurut Fahmy bertolak belakang dengan pernyataan sebelumnya. Jokowi sempat menunjukan kekesalannya melihat impor migas yang masih tinggi.
"Blundenrya lagi sebelumnya Jokowi biang jangan impor akan gigit orang yang gemar impor. Tapi tiba-tiba ada solusi impor, ini kan blunder," tambahnya.
Lagi pula, sebelumnya sudah tercium adanya makelar gas, yakni mereka yang mendapatkan jatah gas di hulu tapi tidak memiliki pipa untuk mengalirkannya. Ujung-ujungnya dijual ke PGN atau Pertagas, sehingga menambah margin dan membuat harga gas semakin mahal.
"Trader ini kan ambil margin sehingga harga sampai ke industri jadi mahal. Kalau itu mafia gas, bisa jadi, karena perannya cuma makelar, meskipun sudah ada yang ditertibkan," ujarnya.
Jika makelar ini berperan sebagai mafia, kemudian gerbang impor dibuka, Fahmy khawatir akan menjadi ladang baru bagi mereka untuk melancarkan aksinya.
"Kalau nanti akan ada impor saya yakin mereka akan bermain di situ. Tapi ujung-ujungnya harga gas tetap mahal kalau dia bermain di impor tadi. Jadi harga gas US$ 6/MMBTU mustahil dicapai," tutupnya. dtc