Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Sebagian orang Batak, terutama yang beternak babi, telah merasakan besarnya manfaat ekonomi hewan ini. Bukan rahasia umum, banyak orang Batak bisa bersekolah tinggi dari hasil menjual babi. Hal itu pun juga dirasakan mantan anggota DPRD Sumatra Utara (Sumut) Sutrisno Pangaribuan.
Dalam diskusi bertajuk "Ada Apa dengan Babi" yang berlangsung di Literacy Coffee, Jalan Jati II No 1 Teladan Timur, Medan, Minggu malam (19/1/2020), Sutrisno mengaku, ia dan keluarganya hidup dari beternak babi, selain juga beraktivitas sebagai petani.
"Waktu kecil, tugas saya mengasih makan babi. Pulang sekolah, tugasku mencari kangkung dan sisa makanan yang di kampung kami disebut parbasuan. Selain kangkung dan parbasuan, juga dicampur dengan happa (daun keladi-red). Itulah yang dimasak untuk makanan babi," kisahnya.
Sampai kini, lanjut Sutrisno, adiknya yang tinggal di kampung di Tapanuli Selatan, masih setia beternak babi. Namun babinya juga ikut mati terkena virus African Swine Fever (ASF), padahal waktu itu sudah masih musim jual, jelasnya.
"Jadi saya bisa merasakan bagaimana sedihnya para peternak itu. Karena saya juga bisa dibilang bisa sekolah dari babi," akunya.
Terkait upaya yang dilakukan pemerintah Provinsi Sumatra Utara maupun Pemkab untuk mengatasi penyebaran virus ASF itu, Sutrisno mengaku masih sangat lambat. Bahkan nyaris seperti tidak melakukan apa-apa. Ia curiga, jangan-jangan pemerintah memang tidak tahu harus melakukan apa.
"Belum lagi kalau kita berharap apa usaha pemerintah mengganti babi yang mati itu. Masalah mengatasi penyebaran virus itu saja, tampaknya pemerintah tidak bisa melakukan apa-apa," katanya.