Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Pemerintah berupaya mengurangi emisi karbon dengan mengoptimalkan penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia. PT PLN (Persero) pun melakukan kerja sama dengan Lembaga Think Tank Clean Energy Investment Accelerator (CEIA) yang diwakili oleh World Resources Institute (WRI) Indonesia untuk mengembangkan inovasi produk Energi Baru Terbarukan (EBT).
Adapun inovasi yang dimaksud adalah berupa sertifikat EBT yang diperlukan pelaku usaha agar dapat diakui secara internasional telah ikut serta dalam gerakan Global 100% RE.
Gerakan ini merupakan gerakan global oleh perusahaan-perusahaan multi nasional yang berkomitmen menggunakan listrik dari sumber energi terbarukan hingga mencapai 100%.
"Sekarang pengusaha nggak usah repot-repot mengeluarkan biaya yang mahal untuk dapat sertifikat itu di luar negeri seperti di AS (Amerika Serikat), ke depan bisa langsung ke PLN saja," ujar Wakil Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis (23/1/2020).
Namun, untuk tahap awal PLN hanya akan fokus mengeluarkan sertifikat kepada pelaku usaha di sektor komersial dan industri terlebih dahulu. Sertifikat yang akan dikeluarkan PLN dan CEIA nantinya akan menyesuaikan dengan lanskap ketenagalistrikan di Indonesia namun tetap berpatokan pada standar dan kualifikasi internasional.
"Melalui Nota Kesepahaman PLN dan CEIA Indonesia, kami berharap apa yang menjadi standar kualifikasi yang diharapkan pelanggan dapat dipenuhi oleh PLN. Sehingga partisipasi dari banyak pelanggan PLN terhadap penggunaan renewable energy semakin meningkat," katanya.
Di tempat yang sama, Direktur WRI Indonesia Nirarta Samadhi selaku perwakilan CEIA Indonesia menambahkan bahwa pihaknya akan melakukan pendampingan teknis lain seperti penyiapan standar sistem pelacakan atribut energi, atau yang dikenal sebagai renewable energy attribute tracking system.
"Termasuk dalam hal ini adalah sistem pencatatan, pelaporan, dan pengakuan atas kepemilikan, sesuai standar internasional," jelas Nirarta.
Nirarta menambahkan, renewable energy attribute tracking system adalah suatu platform perdagangan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan penjual dan pembeli yang terlibat dalam pasar renewable energy certificate. Setiap renewable energy certificate yang dikeluarkan oleh sistem ini mencakup informasi spesifik mengenai atribut energi baru terbarukan yang diwakilinya.
"Melalui Nota Kesepahaman ini, diharapkan seluruh perusahaan yang telah bergabung dengan CEIA Indonesia dapat mendorong penggunaan EBT, salah satunya melalui renewable energy certificate," pungkasnya.
Hingga Desember 2019, PLN telah mengoperasikan pembangkit EBT sebesar 7.681 Megawatt (MW).
Ke depan PLN juga akan terus mendorong penggunaan EBT hingga lebih dari 15.000 MW pada tahun 2028.(dtf)