Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Bagaimana pendapat Anda tentang Keramba Jaring Apung (KJA) di Danau Toba? He-he, pendapat segera terbelah. “Sikat saja,” kata satu pihak. “Jangan, dong. Nanti mereka hidup dari apa,” kata pihak lain pula. Pokoknya, serba black or white. Hitam putih. Tak ada celah alternatif.
Padahal kini adalah era keterbukaan informasi. Tapi mengapa tak membuat wawasan dan cara pandang menjadi lebih luas. Ironisnya, malah menyempit.
Sekarang akses informasi sangat mudah. Ya, tinggal klik Mbah Google saja, informasi pun terbentang. Juga banyak data di website Badan Pusat Statistik (BPS).
Tapi, eh, orang tetap dengan mudah menjustifikasi secara minor suatu masalah. Gampang menolak pendapat yang beda. Bahkan, hanya mengakses informasi yang disukai saja. Nonton TV berita pun hanya memilih satu stasiun, dan ogah yang lain.
Tak heran jika diskusi pun macet karena tidak seimbang dan tak sudi menerima perbedaan pendapat. Memonopoli kebenaran, hebat sekali dikau! Polarisasi menajam. Apalagi soal yang sensitif, politik atau SARA, tidak ada ampun, tudingan “itu salah, itu tidak benar” pun berhamburan.
Tidak atau kurang mencoba memahami dan menghargai – walau tak menerima -- sudut pandang orang lain.
Gemar pula menggeneralisasi secara berlebihan. Memandang suatu bagian kecil sebagai keseluruhan. Misalnya, ada anggota DPR yang korup, lalu rusak susu sebelanga. Jika sudah tak suka, sisi yang baik pun lenyap. Sekelompok atau seseorang yang gemar menolong orang susah selalu dicurigai ada udang di balik batu.
Cepat menyimpulkan. Tanpa ada klarifikasi atau verfikasi, lalu menghujat sesuatu, atau mendewa-dewakannya. Padahal, Shakespeare dalam naskah drama Othelo, berujar “inilah aku apa adanya, jangan lebih-lebihkan, jangan kurang-kurangi.”
Bagaimana pendapat Anda tentang korupsi? Saya kira, untuk topik yang satu ini semua orang sepakat harus dihukum berat. Tidak ada prokontra. Jika sempat ada yang membela, bah, “kiamatlah” peradaban kita.